Sinar Matahari yang menyelusup masuk menerangi sebuah kamar tidur. Menjadi alarm Alami yang memaksa Sang Penghuni ruangan tersebut untuk segera bangun dari tempatnya merebahkan diri.
Dengan rambut hitamnya yang dibiarkan acak-acakan, Awan mengusap lelah wajahnya yang masam. Dilihat dari lingkaran hitam yang menghiasi sepasang kelopak netranya, sudah dipastikan bahwa malam tadi, Pemuda tampan itu kesulitan untuk mendapatkan waktu tenang dalam jam tidurnya.
"Astaga, apa yang sebenarnya sedang terjadi padaku?!" keluh Awan sembari mengurut keningnya yang terasa pusing. Tak ingin penat menghambat agendanya hari ini, ia pun lekas beranjak untuk membersihkan diri.
Sebelumnya Awan tidak pernah begini. Bahkan meski saat itu ia sedang mengencani 'Sang Ratu Kampus' pun, Awan tak merasakan debaran serta desiran aneh yang mengalir di sekujur tubuhnya. Apakah Monster Kecil itu memantra-mantrai Awan agar terus mengingat wajahnya juga momen-momen kebersamaan mereka?
Ya. Sejak pertemuan seminggu lalu dengan gadis SMA bernama Hujan Cassandra, hidup Awan bak di dalam sebuah Novel Horror. Meski Awan sengaja menjaga jarak, tak menelpon atau mengirim pesan meski memiliki nomornya, namun hari-hari Awan tetap saja kelabu. Siang dan Malam yang Pemuda jangkung itu lalui bak perjalanan jauh yang terpaksa ia tempuh tanpa alas kaki. Lelah dan sakit rasanya menahan sebuah gejolak misterius dalam dada Awan yang mempertanyakan bagaimana kabar Si 'Monster Kecil' itu tanpa dirinya di luar sana. Dan setiap kali Awan melakukan kegiatan baik di luar maupun di dalam rumah, kenapa wajah Hujan selalu muncul lalu mengendap lekat dalam ingatan Pemuda itu?
Mungkinkah Awan mulai jatuh cinta?
Karena hanya Cinta-lah satu-satunya jawaban masuk akal yang bahkan mampu membuat lengan Awan menerobos guyuran hujan guna meraih bahu gadis gingsul itu untuk ikut duduk bersamanya di dalam Taksi.
"Ck! Tidak-tidak. Aku tidak mungkin menyukainya. Aku harus tetap membenci hujan." gugam Awan. Yang saat ini sudah berada di Kampus ; di dalam kelasnya sendirian.
Di tengah kegalauan hati yang sedang Awan alami, suara riuh gaduh dari luar kelas, menarik rasa penasaran Awan. Dengan langkah lebarnya, Pemuda yang juga merupakan Asisten Dosen tersebut berjalan menuju pintu Kelas. Dan saat ia membuka daun pintu berwarna coklat tersebut, Awan melihat banyak siswa SMA berlarian dengan membawa spidol di tangan mereka.
"Ada apa ini?" Awan dibuat kebingungan kala melihat beberapa teman satu fakultasnya dicegat dan dimintai tanda tangan oleh siswa SMA tadi, dengan seragam putih mereka sebagai pengganti buku yang akan disematkan tanda tangan.
Belum juga keterkejutannya sirna akan situasi dan kondisi di sekelilingnya. Kehadiran seorang gadis SMA yang tiba-tiba saja sudah berdiri di hadapan Awan dengan mengasongkan sebuah spidol warna hitam, sukses membuatnya tersentak.
"Kak, tolong minta tanda tangannya!" pinta gadis berseragam putih-abu itu dengan kepala yang tertunduk dalam.
Awan yang semula menahan napasnya karena kaget, lekas membuang karbondioksida di hidungnya dengan kasar. Sebelum menerima spidol di hadapannya, Awan lebih dulu melirik ke kiri dan kanannya. Mencari seseorang yang sepertinya Awan tahu siapa biang kerok dari ritual konyol masuk Universitas besar itu.
"Heh, Kampret! Sial lo ya! Nyodorin gue ke Bocah SMA!" sembur Awan lantang. Dengan bola matanya yang menatap lurus ke arah Lapang. Tempat di mana beberapa Mahasiswa Senat tengah melakukan kegiatan Ospek bersama para Mahasiswa dan Mahasiswi baru yang mendaftar di Kampus mereka.
Tiga Mahasiswa dengan name tag Anji, Daris serta Satria yang tersemat di jas almamater mereka, tampak terkikik geli menangkap ekspresi tak suka yang Awan pamerkan.
"Kak. Tolong bantu aku. Tanda tangani baju aku, Kak. Kata mereka, aku akan terbebas dari hukuman kalo aku bisa dapat tanda tangan juga kata mutiara dari Kakak." Ujar Gadis SMA di hadapan Awan masih betah dengan kepalanya yang tertunduk.
![](https://img.wattpad.com/cover/241340712-288-k866112.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Veins (Hujan di atas Awan)
RomanceMasa lalu yang kelam, telah menjadikan Awan pribadi yang dingin dan sulit untuk didekati oleh banyak orang. Akan tetapi di lembaran baru kehidupannya, kehadiran seorang gadis bernama Hujan yang selalu ceria, telah sanggup menembus dan memberikan keh...