BAB 1. PETAKA ALKOHOL

5K 96 0
                                    

Erangan dan decitan ranjang bukan main gilanya, seisi ruangan kamar hotel terasa amat panas. Lolongan panjang menjadi penutup acara panas malam ini, pelukan posesif di pinggang rampingnya membuat perempuan yang telah melepaskan kegadisannya dengan pria jangkung sumpah mati ia benci. Apa yang terjadi? Dita pun tak tahu yang ia terlanjur dalam terbenam dalam surga dunia dengan lelaki gagah satu ini.

Sedangkan di lorong hotel suara derap langkah kaki, dan seorang pria berpakaian seragam hotel membuka pintu salah satu kamar yang baru saja menyelesaikan percintaan panas kedua remaja. Bibir Risa terbuka lebar, terlambat sudah.

"Aduh, mati!" seru Risa heboh sendiri.

Sedangkan pegawai hotel yang dibayar oleh Risa melirik ke arah ranjang king size, di mana dua remaja berada di balik selimut tebal saling berpelukan. Aroma sisa-sisa percintaan tercium pekat, Risa melangkah mendekati ranjang. Ia menggoyang tubuh Dita sang sahabat dengan keras, erangan samar terdengar akan tetapi tak kunjung membuka mata.

"Mampus, gimana ini, aduh, Mas! Tolongin aku, ini gimana. Mereka udah gituan berdua, gimana kalau sahabat aku hamil, Mas!" seru Risa heboh sendiri pada pegawai hotel.

Lelaki itu meringis mendengar rengekan dari gadis remaja yang meminta dirinya untuk membuka pintu kamar salah satu tamu hotelnya, ballroom hotel disewa oleh para remaja. Sebagai pesta kelulusan serta merayakan usia mereka yang telah legal, sebagain dari mereka mengonsumsi alkohol. Beberapa kamar memang disewakan agar bisa menjadi tempat mereka tidur, dikumpulkan jadi satu dan dipisah perempuan dan lelaki.

"Maaf, Kak. Saya gak tau juga harus bagaimana," sahut lelaki dewasa di belakang sana.

Risa ingin menangis saja, yang ada di bisa mati di tangan tantenya. Karena Dita bukan hanya sekedar sahabat bagi Risa, ia merangkap sebagai sepupu dari pihak ibu. Risa dipercaya menjaga Dita, sekarang Risa mati kutu. Kalau ada yang tahu maka ini bisa jadi gosip besar serta sejarah panjang, jangan sampai ada yang tahu. Kepala Risa mengeleng keras, ini menyangkut nama baik Dita.

"... ah! Gini aja, Mas. Mas bantuin aku gantiin itu alas kasur sama tolong bantu si cowok buat pakai pakaiannya lagi. Bantuin pindahin itu si cowok ke kamar tempat bagian khusus cowok. Aku akan bayar Mas mahal, asalkan Mas mau bantuin aku. Dan yang terakhir tolong tutup mulut tentang apa terjadi malam ini," ucap Risa.

"Mau dibayar berapa, Kak?" tanya lelaki itu dengan mata berbinar-binar.

"Pokok gede, deh, tetapi bantuin dulu aku, oke," jawab Risa.

Kepalanya mengangguk antusias, Risa rasanya mau menangis keras saat ini. Habis sudah uang tabungannya dikuras demi Dita.


***

1 Bulan Kemudian

Dua garis merah di permukaan benda pipih membuat Risa maupun Dita menggigil bukan main, Dita ingat malam itu apa yang terjadi. Sebaliknya, Jordan sama sekali tidak ingat apa yang dilakukan olehnya.

"Hamidun," ucap Dita parau. "Gimana ini? Aku hamil," lanjutnya sebelum mengangkat pandangan matanya ke arah Risa.

Gadis itu mengeleng lemah, mengigit bibirnya sebelum mendesah berat. "Mau minta pertanggung jawaban sama si Jo, atau mau di gugurin aja?"

"Gila kamu, Ris!" hardik Dita dengan intonasi nada melengking.

"Ya, maunya gimana, dong? Kamu mau nikah sama itu orang? Kalau kamu mau ya, udah. Sekarang kita cuss ke rumah tetanggamu itu. Jelasin masalah malam itu, kamu maunya begitu?" tanya Risa tak kalah frustrasinya.

Anak Kembar sang Presdir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang