BAB 6. Speechless

1.9K 69 2
                                    

Dita menggeleng kecil melihat sang sepupu menjadi teler karena minuman, kadar toleransi Rissa pada alkohol tampaknya lebih rendah daripada Dita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dita menggeleng kecil melihat sang sepupu menjadi teler karena minuman, kadar toleransi Rissa pada alkohol tampaknya lebih rendah daripada Dita. Suasana di dalam restoran terlihat mulai tak terkendali, lantaran ada yang sudah tumbang. Beberapa orang masih nampak energik, Dita memukul kecil pundak Rissa.

"Kamu melarang aku buat minum, eh, malah teler cuma karena minum satu teguk," cibir Dita yang masih dapat didengar oleh Rissa.

Ia hanya merasa sedikit pusing saja, kedua pipinya memerah. Rissa menopang dagu, sebelum manik matanya mengedar. Berhenti di meja tak jauh dari mereka berada saat ini, ia menghela napas kasar.

"Kenapa kamu harus hidup menderita sendirian? Lihatlah bagaimana wajah bahagia cecungguk satu itu. Hidup bebas tanpa beban, sedangkan kamu? Menghidupi buah dari kecebong nakalnya," kata Rissa dengan intonasi nada serak.

Dita melirik ke arah meja Jordan, sang rival abadi malah dikerumuni oleh banyak wanita cantik. Serta beberapa lelaki yang begitu kagum pada kesuksesan Jordan, lidah Dita berdecak. Apakah itu sebuah kesuksesan? Dia hanya meneruskan jalan yang sudah dibuat oleh kedua orang tuanya. Ibarat kata, Jordan melewati jalan bertabur kelopak bunga. Tidak ada perjuangan berat, ia menghela napas kasar.

Mengingat perbuatan mereka di masa lalu, membuat hati Dita diam-diam mendongkol. Namun, bisa apa? Jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Jari telunjuk manusia lainnya hanya akan mendakwanya, sedangkan pihak lelaki akan bebas dari pandangan mata menusuk dan gosip miring. Daripada harus merepotkan dirinya tengelam dalam omongan buruk orang-orang, ia lebih baik mencari jalan lain untuk lari.

"Ga, usah dipikirin kali, Sa! Toh, keputusanku saat itu benar. Buktinya aku bisa berhasil menjadi seperti sekarang,  menjadi sosok Ibu yang baik dan wanita sukses," balas Dita, setelah lama terdiam.

"Kamu mah, gak tau. Gimana orang-orang mengunjingimu dari belakang. Karena hamil di luar nikah, mengatai kamu perempuan liar yang hidup di luar negeri sampai pulang-pulang bawa anak. Aku yang sakit, tau gak, sih? Aku!" Rissa menepuk-nepuk kecil dadanya.

Dita menempelkan jari telunjuknya di depan bibirnya, suara keluhan Rissa mengalihkan pandangan mata orang-orang yang ada di sana. Ia melongok ke arah belakang, Jordan merasa terpanggil.

Ini akan menjadi pertunjukan menyenangkan, Jordan akan berbangga diri. Ia bangkit dari posisi duduknya, membuat kedua sahabatnya melirik kecil ke arah punggung belakang Jordan yang semakin mendekati meja Dita. Lihatlah bagaimana orang-orang tanpa dikomando, langsung ikut pindah ke arah meja Dita.

"Wah! Siapa ini? Bukankah ini Dita Kumala Wongso, si cantik yang kini menjadi topik hangat. Karena telah kembali ke Indonesia," sapa Jordan sok ramah.

Dita memutar malas kedua bola matanya. "Yap! Makasih atas pujiannya, dan aku memang si paling cantik serta hebat. Tanpa memanfaatkan koneksi orang tua, bisa sukses dengan karir, ga kayak seseorang yang kerja, tinggal kerja. Ga harus bersusah payah, karena semuanya udah disiapin sama orang tua. Kayak cowo manja, yang bangga padahal ga ada prestasi apapun," sahut Dita, dengan mengembang senyum lebar.

Anak Kembar sang Presdir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang