BAB 19. BERTEMU MANTAN

1.1K 44 2
                                    

SRAK!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


SRAK!

Tirai ditarik ke samping, wanita di atas panggung kecil itu terlihat begitu cantik dengan balutan gaun pernikahan. Wajah cantiknya dirias, setiap helai rambut hitam legam panjang itu disanggul dengan gaya modern, tiara di atas kepala.

Jordan yang duduk di sofa telah memakai tuxedo putih, dengan rambut yang ditata rapi. Menurunkan benda persegi panjang yang sibuk ia mainkan sedari tadi, atensi Jordan terarah ke depan.

Dita terlihat menunduk perlahan, pura-pura membenahi gaun bawahnya. Jujur saja ia merasa malu ditatap sebegitu intensnya, apalagi oleh lelaki yang pernah ia cintai diam-diam.

"Cantik bukan pengantinnya, Pak Jo?" sang desainer gaun bersuara lantaran keduanya malah diam.

Jordan berkedip dua kali, berdehem pelan. Hanya agar terlihat biasa saja, dikontrolnya ekspresi wajahnya. Agar terlihat santai, Jordan melirik ke arah sang desainer gaun.

"Bagian rambutnya nanti bisa di gerai aja, nggak Bu? Ditata bergelombang gitu. Kasih veil di belakang, biar terlihat lebih anggun," usul Jordan.

"Ah, iya. Bisa, dong Pak Jo. Nanti pas nikah akan kita rubah," sahutnya cepat.

Dita perlahan mengangkat pandangan matanya, hingga kedua manik matanya malah beradu dengan mata tajam Jordan. Degup jantungnya bertalu-talu, makan malam keluarga nanti malam akan di adakan. Bersamaan dengan kembalinya eyang—nenek Jordan ke Jakarta, lantaran wanita tua itu terkejut mendengar kepulangan Dita sekaligus berita pernikahan Jordan si cucu tengiknya dan Dita.

"... Jo! Tolong ambilin ponselku, di sana." Dita menunjuk ke arah ponselnya yang tergelak di atas meja. Tepat di depan Jordan.

Dengan senang hati Jordan membungkuk meraihnya, beberapa karyawati butik hanya memperhatikan interaksi canggung keduanya.

"Mau diapain ponselmu?" Jordan bangkit dari posisi duduknya.

"Mau ambil beberapa foto, buat dikirimkan ke Mama biar si kembar bisa liat," jawab Dita jujur, "Mbak! Bisa fotoin bentar nggak?"

Dita menoleh ke samping kanan, ke arah karyawati sang desainer. Perempuan berkulit kuning langsat itu mengangguk sopan.

"Ngapain suruh orang lain, biar aku yang foto. Sekalian tar dikirimkan ke mamaku juga," celetuk Jordan.

"Tapi, ak—"

"Satu, dua, tiga!" Jordan malah memotong dengan memberikan aba-aba, langsung mengabadikan gambar Dita dengan ponselnya.

Dita melotot, Jordan memang suka sekali semaunnya. "Jo! Kamu ngapain, sih?" protes Dita kesal.

"Fotoin kamu lah, ngapain lagi. Makanya, siap-siap. Senyum yang cantik biar mamaku dan mamamu senang. Naira dan Naura akan menyusul ke sini nanti dianterin sama mamaku, karena kita akan bikinin gaun juga buat keduanya. Pengiring pengantin," tutur Jordan tidak bisa dibantah.

Anak Kembar sang Presdir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang