BAB 21. FORGIVE ME, DITA

1.3K 53 0
                                    

Jordan dan kedua sahabatnya nampak berbincang santai, Vito maupun Rehan tampak mengeleng kecil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jordan dan kedua sahabatnya nampak berbincang santai, Vito maupun Rehan tampak mengeleng kecil.

"Jadi, anu-mu beraksi jika sama Dita, doang?" tutur Rehan bersuara.

Kepala Jordan mengangguk. "Iya, aneh banget 'kan, ya?" Jordan tidak paham kenapa bisa seperti itu.

Vito melirik ke arah Jordan dengan sorot mata sulit untuk dimengerti. "Jangan-jangan kamu ini disumpahin impoten sama si Dita, Jo! Apalagi lidahmu itu kalo ngomong nggak pernah ada filter," ujar Vito, menebak-nebak.

"Eh, iya juga ya. Keknya pas pesta alumni malam itu si Dita ngomong kek gitu 'kan. Pas si Jo nyudutin Dita," sela Rehan di saat ia ingat dengan perkataan Dita yang kesal.

Jordan menggigit bibirnya, nampaknya sumpah ibu dari kedua putrinya berlaku. Jordan mengigit kuaci yang baru saja ia raih dari atas piring saji, tidak berkomentar.

Baik Vito maupun Rehan keduanya saling adu lirikan mata, mereka berdua tahu jika kedua keluarga sudah bertemu. Serta menyepakati pernikahan Dita dan Jordan akan digelar bulan depan, hanya hitungan minggu. Jordan maupun Dita akan segera menjadi pasangan suami-isteri.

"Tapi, 'kan yang penting saat ini kamu dan Dita akan nikah, Jo. Kamu bujuk aja dia, biar bisa welo-welo," usul Rehan, membuat Jordan melotot.

Vito terkekeh serak. "Oh, bener tuh. Aku setuju dengan usulan Rehan, toh yang terpenting saat ini adalah kamu bukan lelaki impoten, Jo." Vito ikut bersuara.

Jordan mengunyah kecil isi kuaci, ia masih belum bicara banyak dengan Dita. Wanita galak satu itu susah sekali diajak bicara, apalagi Jordan belum meminta maaf soal tingkah tengilnya di saat duduk di bangku SMA.

"Dita bukan cewek yang bisa dibujuk," sahut Jordan, "yang ada aku tidur di luar setelah nikah."

Vito berdecak kecil. "Kamu dah minta maaf belum sama, Dita?"

"Belum," jawab Jordan cepat.

Vito menghela napas berat, sementara Rehan menipiskan bibirnya. Suara lonceng di pintu kafe mengalun saat pintu dibuka, penampakan wanita dengan rambut lepek terlihat memasuki kafe yang hari ini ditutup untuk pengunjung.

"Itu si Risa bawa puturmu, Jo!" seru Rehan di saat ia melihat Naura berlarian mendekati kursi.

Sementara Naira melangkah santai, lihatlah seperti apa penderitaan Risa. Menteng banyak sekali paper bag di kedua tangannya, eksepsi wajah Jordan langsung berubah semringah.

"Putri Papa!" Jordan bangkit dari posisi duduknya menekuk kedua kakinya menyambut Nuara masuk ke dalam pelukannya.

"Papa," panggil Naira di saat ia  memeluk sang ayah.

"Naura dan Naira habis dari mana sama Tante Risa?" tanya Jordan, lelaki dewasa satu ini melirik ke arah kedua putrinya bergilir.

Risa meletakkan paper bag yang ia bawa ke atas meja, merebahkan dirinya di atas sofa kafe. Seharian ia menemani keduanya berkeliaran, dari membeli mainan, makanan, baju, dan berakhir di kafe. Sementara Dita tengah mengurus berkas-berkas pentingnya, berkas kepindahannya ke Indonesia.

Anak Kembar sang Presdir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang