BAB 13. BANGKITNYA BURUNG MERAK?

2K 58 2
                                    

Baik Nesa maupun Panji secara serentak memijit kecil pangkal hidung mereka, sementara lelaki berparas tampan yang kini berlutut setelah menjelaskan apa yang terjadi di masa lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Baik Nesa maupun Panji secara serentak memijit kecil pangkal hidung mereka, sementara lelaki berparas tampan yang kini berlutut setelah menjelaskan apa yang terjadi di masa lalu. Dibantu oleh Risa untuk menjelaskan apa yang terjadi pada Dita maupun Jordan, membuat keduanya mendadak diserang migren.

"Aku berharap Om dan Tante akan memberikan restu untuk kami menikah, memberikan kesempatan untukku menebus kesalahan di masa lalu," kata Jordan pelan, atensinya melirik Nesa dan Panji secara bergantian.

Risa ikut melirik keduanya dengan ekspresi was-was takutnya suami dari sang bibi menghantam kepala Jordan, karena kesal. Nesa mendesah berat, melirik ke arah Jordan kembali.

"Kamu udah ngomong sama Dita?" tanya Nesa pada akhirnya angkat suara lebih dahulu.

Kepala Jordan mengangguk. "Udah, Tan! Dita udah setuju untuk menikah," jawab Jordan jujur.

Nesa melirik ke samping melirik sang suami yang diam, setelah ia pikir-pikir ini tidak sepenuhnya salah dari anak tetangganya. Jordan sama sekali tidak tahu jika Dita hamil anaknya, lantaran Dita tidak ingin mengungkap kehamilannya.

"Aku yakin, Jo bisa jadi sosok suami serta Ayah yang baik untuk Dita maupun si kembar, Tante, Om. Kita kasih kesempatan dulu buat Jo membuktikannya," sela Risa ikut memberikan nasihat.

Jauh di dalam hati Jordan berterima kasih pada Risa, tidak sia-sia ia memberikan sogokan untuk sahabat sekaligus sepupu Dita. Panji melirik ke arah Jordan, mendesah berta.

"Bangunlah, duduk di kursi. Kita bicarain masalah pernikahan kalian. Kalo emang Dita udah setuju, kami sebagai orang tua akan mendukung. Tapi, jika sampai kamu nyakitin Dita, maka jangan salahkan kepalamu dan badanmu pisah dari tempatnya," putus Panji menatap tajam Jordan.

Mendadak Jordan merasa nyeri di lehernya, kepala Jordan mengangguk patah-patah. Ngeri sekali calon ayah mertuanya, Jordan bangun perlahan. Dahinya berlipat rasanya kedua kakinya kesemutan, demi putrinya. Jordan akan lakukan apapun, dan demi menutupi kekurangannya sebagai lelaki.

Risa tersenyum lebar, akhirnya masa depan suram Risa mulai berwana. Tidak akan lagi dibuat susah oleh duo kunti bogel kematian, rasanya Risa ingin berteriak keras. Risa tidak jadi perawan tua, karena ia akan bisa berkencan dengan pria mana pun sekarang.

"Kapan kalian berdua akan melakukan pernikahan?" tanya Nesa melirik serius Jordan.

"Dua bulan lagi, Tante. Semuanya sudah aku persiapkan, mulai dari gedung pernikahan, mahar, desain baju pengantin serta baju untuk dua keluarga. Pokoknya, Tante maupun Om jangan khawatir," sahut Jordan bersemangat menjelaskan.

Nesa dan Panji saling adu lirikan mata, mendengar semua persiapan sudah dilakukan. Keduanya yakin jika Jordan sudah sepenuhnya siap dengan pernikahan, setidaknya mereka berdua kenal siapa Jordan serta keluarga calon menantunya ini.

"Kamu udah ngomong sama orang tuamu?" tanya Nesa lagi.

Jordan terkesiap, astaga! Ia lupa dengan orang tuanya sendiri. Ditarik paksa kedua sisi bibirnya ke atas, dan tersenyum lebar.

Anak Kembar sang Presdir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang