BAB 17. HUBUNGAN MASA LALU

1.2K 40 1
                                    

Vito meletakan dua gelas minuman dingin di atas meja kafe miliknya, melirik ke arah Jordan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vito meletakan dua gelas minuman dingin di atas meja kafe miliknya, melirik ke arah Jordan. Ekspresi Jordan nampak kusut di mata Vito, dahi Vito berlipat.

"Hari ini jadi survei ke rumah yang kamu pingin beli 'kan, Jo? Tapi, kok mukamu lecek gitu, huh?" tegur Vito yang masih memperhatikan ekspresi wajah Jordan.

Jordan mendesah berat. "Jadi, semuanya nggak ada yang kurang. Udah pas semuanya, sesuai sama yang aku pengin," jawab Jordan jujur.

Sebelah alis mata Vito naik perlahan. "Terus, sekarang kenapa, lagi?"

Jordan mengaruk pelan kepala belakangnya yang mendadak jadi gatal. Dua kali berpacaran, rasanya wanita yang dipacarinya tidak seaneh Dita. Wanita satu itu sulit sekali untuk Jordan tebak maunya apa, suka sekali ajak Jordan adu argumen.

"Pusing aja mikirin si Dita maunya apa, dingin banget. Padahal udah dibaikin, digoda, dan diberikan perhatian. Eh, nggak ada yang bener di matanya," curhat Jordan menumpahkan rasa kesalnya.

Vito terkekeh renyah. "Kalo nggak kek gitu, mana bisa kalian berdua dinamakan rival abadi, Jo. Adu mulut sampai adu prestasi udah sangat lumrah buat kalian berdua, sampek satu sekolah dan para Guru tau. Nggak ada harapan buat kalian akan tumbuh benih-benih asmara," sahut Vito, "tapi, lucunya malah welo-welo duluan. Nikah kemudian, aku yakin satu sekolah akan kaget. Saat kamu bagiin undangan pernikahan, di mana namamu dan Dita bersanding bersama."

Jordan mengulum senyum, dia dan Dita memang tidak ada matinya untuk merebutkan hal-hal kecil. Tapi, sejak kapan hal ini dimulai? Jordan lupa.

"Eh, Vit! Kamu ingat nggak alasan kenapa Dita sama aku kek gitu?" Jordan pikir Vito lebih jeli melihat permasalahan dibandingkan dengan dirinya.

Vito mengerutkan dahinya berpikir keras, rasanya sebelum mereka SMA pun Jordan maupun Dita sudah suka sekali bertengkar. Namun, anehnya di saat SMA makin menjadi. Yang biasanya cuma perang mulut, menjadi ketus dan sinis di saat Dita berbicara.

"Hm... keknya makin parah di saat bekal punya dia, kamu buang ke tong sampah deh, Jo. Ingat nggak? Saat kita kelas 11. Saat itu kelas ngadain bikin bekal di sekolah. Dan tukeran bekal, nah, dia berbaik hati kasih punya dia ke kamu, Jo. Gilanya, malah kamu buang ke tong sampah," kata Vito saat ingat kejadian kelas 11.

Jordan terdiam, ia mencoba mengingat-ingat kejadian yang sudah sangat lama.

"Ah, itu. Ku pikir dia ngerjain aku, kasih obat pencahar atau yang lain ke makanan yang dia buat. Tanpa pikir panjang wajar dong, aku buang." Jordan ingat juga apa yang terjadi.

Vito mengeleng sekilas. "Iya, sih. Cuma kamu saat ngebuang ke tong sampah kelas. Keknya dilihat sama Dita dan Risa yang kebetulan masuk ke dalam kelas. Sejak saat itu, dia langsung sinis dan makin ketus sama kamu," ujar Vito.

"Ah, masa cuma karena masalah sepele dia jadi begitu. Kalo dia pun jadi aku, udah pasti akan ngelakuin hal yang sama, Vito. Karena udah pasti nggak mungkin kasih bekal buatan sendiri ke musuh bebuyutan dengan maksud yang baik," sahut Jordan membela diri.

Anak Kembar sang Presdir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang