Menemui Deepika

28 8 1
                                    

Rexy dan Nielson menarik Pansy dan Blaise keluar dari ruang tahanan di bawah ruang kerja mereka. Heana yang tengah memoles gincu merah melirik kedua tahanannya barang sejenak, melihat betapa kacaunya mereka. Heana tidak peduli lagi, ia pernah lebih buruk dari itu.

"Kita berangkat," ujar Prince. Tangannya terulur pada Heana yang tengah memakai pantofel hitam dengan hak lima centi untuk digenggam.

Sementara Sam asik sekali bermain-main dengan Blaise, sekadar mencela atau menoyor kepalanya. Dendam kesumat, karena karirnya dihancurkan begitu saja, tapi lihatlah setelah Blaise masuk jalur hukum menyusul Abra Samad, karirnya akan kembali.

***

Manor Malfoy yang hitam gelap, Heana tengah mengingat kapan pertama dan terakhir menginjakkan kaki di sini. Kesan terakhir dari manor ini begitu pilu untuknya, ia menggeram tertahan ketika mengingat manornya, singgasananya direnggut oleh Deepika, ia tidak suka dipandang sebagai orang yang lemah. Mereka semua menerobos masuk tanpa ragu, mendengar Deepika dengan suara paraunya.

"Pansy dan Blaise yang kau suruh ke dunia muggle dan menyewa jasa untuk mengubah foto Heana bersama Healer Sam, kan? apa aku perlu membawa orangnya ke sini?" Suara wanita terdengar menekan dari dalam.

"Dan intinya bayi perempuan itu, bayiku." Pria berkulit kuning langsat itu berujar menunjuk seorang bayi digendongan Deepika dengan alisnya.

"Nah, kau meminta bukti atas perbuatanmu kan, Deepika? jika kesaksianku tak cukup, bagaimana dengan mereka berdua? yang ikut serta melakukan kejahatan itu?" Astoria berujar menatap rombongan yang baru saja masuk dan Deepika bergantian.

Baik Deepika maupun para Malfoy, sama-sama terpaku sampai pucat. Draco Malfoy menatap lekat Heana yang berada beberapa jarak darinya, pakaian serba hitam yang press body, perutnya telah rata, menandakan sudah tidak ada bayi yang bersemayam di sana, kemudian pistol dikantung ikat pinggang bagian kanannya, rambut pirangnya diikat satu dihias beberapa anak rambut yang terurai keluar, bibirnya berpoles gincu merah darah kontras dengan rahang tegas dan tatapan datarnya, di saat seperti ini Draco masih bisa berpikir bahwa Heana terlihat Sexy.

"K-kalian sengaja melakukan ini padaku, ya?" Deepika bernapas berat, langkahnya berjalan mundur ketika Heana mendekat ke arahnya dengan tongkat sihir yang ia putar-putar.

"Kau yang sengaja melakukan ini padaku." Heana mendesis, menusuk pelipis Deepika dengan tongkatnya. "Astoria, ambil bayinya." Lanjutnya memerintah.

"Lepaskan, ini bayiku!" erang Deepika.

"Kau egois, kau ingin bayimu mati ditangan Heana?" geram Astoria, selanjutnya pelukan Deepika pada bayinya mengendur, membuat Astoria mudah mengambilnya.

"Katakanlah, katakan lewat bibirmu ini sebuah kebenaran, ayo katakan, katakanlah kejujuran sebelum aku membunuhmu, Deepika." Heana menatapnya tajam.

"A-aku tidak berbuat apapun!" Deepika menggelengkan kepalanya cepat sambil memejamkan mata ketika ujung tongkat Heana bermain-main diwajahnya.

"Kau berbuat segalanya, Deepika. Kau yang memerintahkan kami untuk membantumu menjatuhkan Heana, kau mengumpulkan kami semua di bar milik Figo Rasdero ini malam itu dan memerintahkan semua rencanamu."

Malam itu,

Bersama jutaan bintang yang berpendar, bulan bersinar dengan angkuh, sebuah bangunan terlihat beraktivitas seperti malam-malam biasanya, tapi sedikit berbeda dengan kisah yang akan dibawakan.

I'm Heana| D.M|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang