Planning

22 6 2
                                    

Ruang kerja berukuran besar milik Prince di isi berbagai banyak alat-alat, termasuk komputer yang ada dihadapannya. Ruang ini berada dilantai dua, ruangan terlihat sederhana, tapi ini tak sederhana kelihatannya, di ujung ruangan, lukisan sayap yang terlihat gagah menjadi tombol bukti bahwa ruangan ini tidak sesederhana kelihatannya.

"Aku sedang membuat projek alat pembeku." Prince menjelaskan.

"Untuk apa kau membuat hal seperti ini? apa kau jual? siapa yang akan membelinya?" tanya Heana.

"Aku bekerja pada pemerintah, Heana, mereka yang memerintahkan aku dan beberapa rekanku untuk membuat berbagai macam alat penyiksa untuk menghukum para penjahat," kata Prince.

"Sekarang apa tugasku?" Heana kembali bertanya.

"Biar projek ini aku dan rekanku yang selesaikan, sekarang kau dapat membuat penawar racun bisa ular?" Prince menatapnya dan wanita itu mengangguk.

"Tolong bantu aku buatkan, di meja sana juga ada panduannya, kau mengerti?" Prince terkekeh melihat Heana yang mengangguk semangat menaati perintahnya.

Di tengah kesibukan mereka masing-masing Prince menyelipkan beberapa pertanyaan. "Eum .... kalau aku boleh tau wanita yang di kedai kopi waktu itu siapa?"

"Namanya Pansy Parkinson, ia memang suka menggangguku sejak kami masih bersekolah," jawab Heana.

"Saudari tirimu siapa nama aslinya?" Prince kembali melayangkan pertanyaan meski tatapannya fokus pada komputer muggle dihadapannya.

"Dia .... aku juga tidak tahu, ia dengan kurang ajar mengambil nama belakang ayahku, Deepika Morticia, kemudian tak berhenti di situ, ia merebut sandangan nama Malfoy di belakang namaku," lirih Heana.

Prince meringis ketika menyadari wanita itu mulai bersedih ia lantas mencoba bertanya hal lain. "Kau? siapa nama lengkapmu?"

"Heana Wynstelle Aphrodite," jawabnya.

"Surname?"

"Bisakah aku tidak memiliki nama belakang saja? biarkan orang-orang bertanya aku ini siapa, aku sudah muak," geram wanita itu. Mendadak ia yang tadi bersedih kini mulai emosi.

"Sandang nama belakangku jika kau mau .... eh!" Sial, ia keceplosan.

"Maaf?" Heana menaikkan sebelah alisnya.

"Aku hanya bercanda."

°°°

Waktu terus berlalu dengan cepat, nyawa yang ada di dalam perut Heana sudah berusia delapan bulan, selama dua bulan ia sudah menemani hari-hari Prince sebagai asistennya, tapi ia tidak merasa seperti atasan dan bawahan dengan pria itu, bahkan Prince menuruti beberapa kali keinginannya di saat hamil tanpa merasa terganggu.

Ruang kerja Prince cukup ramai dengan hadirnya Rexy dan Nielson, mereka ada rekan kerja Prince yang sering berada di rumah ini, awalnya Heana merasa tidak nyaman menjadi satu-satunya wanita di tengah mereka, tapi semakin hari ia mulai beradaptasi.

Kini Heana pun tahu, bahwa Prince dan dua orang temannya bukanlah sekadar peneliti yang membuat alat penyiksa, memproduksi racun dan penawarnya. Mereka adalah orang-orang terpilih yang samar dengan masyarakat pada umumnya. Menjadi pengintai antar dunia muggle dan dunia sihir, dibalik itu mereka juga menjadi pemegang penyelidikan kasus-kasus.

"Akhirnya setelah sekian lama aku mendapatkannya, laporan bukti Parkinson memiliki catatan korupsi terbanyak di kementrian dan Zabini memiliki koneksi di St Mungo Hospital aku tidak menemukan masalah di sini dan aku belum menemukan apapun tentang Grenggrass, Parkinson ini harus di berantas! sudah jadi penghancur hidup orang apa dia mau menghancurkan keuangan kita juga?" celoteh Rexy sambil fokus menatap dokumen bertumpuk di hadapannya membuat Prince melotot dan melirik Heana yang tengah mengerenyitkan dahinya.

I'm Heana| D.M|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang