Chapter 7

199 12 0
                                    

Ananta dan Zio berada di dalam mobil sembari menikmati pemandangan malam penuh keindahan dari gemerlap lampu. Ananta bersandar di bahu Zio dengan tangan Zio yang menggenggam tangannya.

"Ta", panggil Zio

ananta hanya bergumam, menandakannya masih terjaga.

" Apa setelah sebulan pernikahan kita, kamu bahagia?", tanya zio

Ananta menegakkan tubuhnya dan memandang zio. Ananta bingung dengan perasaannya. Jujur saja selama ini dia hanya mengikuti arus kehidupan yang Tuhan berikan padanya.

Zio tersenyum dan mengelus kepala ananta

"Sudah terlalu larut. kita kembali ke hotel ya. Pasti kamu sudah sangat lelah", ucap zio sebelum membantu memasangkan seatbelt milik ananta dan dirinya sendiri.

Ananta merasa menyesal karena belum berani mengungkapkan perasaannya pada Zio. karena entah mengapa, terkadang ananta masih memikirkan ceciel yang jelas jelas telah mengkhianatinya.

"maaf", ucap Ananta dalam hati sembari melihat ke arah luar jendela

❀(*´▽'*)❀

Ananta membuka mata dan melihat Zio yang sudah terlelap disampingnya.

Ananta melihat jam masih menunjukkan pukul 2 pagi. ananta pun menyandarkan tubuhnya di headboard.

Ananta mengambil ponselnya dan melihat pesan yang tadi siang sempat diterimanya dari sang mantan.

"Ananta, bisa kah kita bertemu?"

Ananta melihat Zio sejenak dan mematikan ponselnya. Ananta meraba dan mengusap perutnya yang mulai membuncit itu dengan sayang.

❀(*´▽'*)❀ 

Hoekk.. hoekkk

Ananta mendengarkan suara zio yang sedang muntah-muntah di dalam kamar mandi.

Hoekkk...

Ananta perlahan menghampiri Zio dan membantu memijat tengkuknya

"Kak zio sakit?", tanya ananta

Zio masih merasa mual, namun tetap menjawab ananta dengan memberikan nya senyum

" hanya mual.. hoek... seben.. hoek... uhuk"

Ananta tau rasa tak enak saat pagi-pagi merasa mual. Ananta pun berinisiatif membuatkan zio teh tawar hangat.

Zio me-flush closet dan mendudukan diri diatas closet. Zio memegang kepalanya yang pusing dan juga perutnya yang mual.

ananta datang dan membantu zio kembali ke ranjang sembari menunggu air panas dari heater matang.

"sebentar ya kak", ucap ananta segera menyiapkan teh untuk zio

Zio menyandarkan tubuhnya sembari memejamkan mata dan memegang perutnya.

" ini kak, diminum", ananta memberikan teh pada zio

"letakkan dulu di meja. sebentar ya", ucap zio lemas

Ananta pun menaruh gelas teh di atas meja dan duduk ujung ranjang. ananta mengamati wajah pucat zio yang sangat berbeda dengan zio yang semalam nampak baik-baik saja.

ananta memang beberapa kali mendengar tentang seorang suami yang sangat mencintai istrinya, terkadang akan menggantikan sang istri saat mengalami morning sickness nya.

"Bolehkah kakak minta pelukan?", tanya zio pelan

Ananta mengangguk pelan sebelum mendapatkan pelukan dari zio.

BURUNG KERTASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang