Chapter 10

207 11 3
                                    

waktu demi waktu berlalu dan tak terasa kandungan ananta telah memasuki udia 5 bulan. hubungan nya dengan zio pun semakin dekat.

"sedang apa?", tanya zio yang baru selesai mandi sehabis pulang kantor

" buat burung kertas, untuk ayah", ucap ananta dengan senyum di wajahnya

Ya, beberapa bulan lalu zio berhasil menemukan ayah kandung ananta dan mempertemukan mereka.

flashback On

"Eduardus Sanjaya? jika maksudmu pak edu yang itu, bukankah beliau saat ini tengah berada di Singapura untuk melakukan pengobatan?", ujar tristan

"aku juga kurang tau pasti apakah yang dimaksud ibu nya ananta adalah orang yang sama atau bukan. tapi setau ku beliau memang sampai saat ini belum menikah. ada rumor yang mengatakan jika beliau kehilangan cinta pertama nya dan tak ingin menikah. ada juga rumor tentang ketertarikan seksualnya yang menyimpan. Jika hal yang terakhir benar, aku bisa maklum. karna saat itu hubungan seperti kita saat ini sangat lah tabu", ujar zio

"mau ku coba hubungi beliau? kebetulan perusahaan kami saat ini saling bekerja sama", ucap tristan melihat kontak di ponselnya

❀(*´▽'*)❀ 

Zio menggenggam tangan ananta yang dingin karena sebentar lagi akan bertemu dengan pria yang merupakan ayah kandungnya.

" Jangan gugup ya sayang. semua akan baik - baik saja", ucap zio mengelus tangan ananta dengan jari jempolnya

suara langkah kaki memasuki ruang disalah restoran yang sengaja di reservasi oleh zio

"Selamat malam tuan eduardus", sapa zio sembari berdiri dari duduknya disusul oleh ananta

" Selamat malam tuan zio dan -", eduardus sempat terpaku sesaat menatap wajah ananta, mengingatkannya pada seseorang dimasa lalunya yang terasa menyakitkan hingga saat ini

"perkenalkan tuan, ini ananta istri saya", ucap zio memecah keheningan

tangan ananta terulur dengan gemetar.

" senang berkenalan dengan anda", ucap edu setelah membalas uluran tangan ananta

hati ananta bergetar. ayahnya kini berada tepat dihadapannya. ayah kandungnya.

"Mari tuan. kita mulai makan malamnya", zio merangkul pinggang ananta, menguatkan istrinya

mereka pun makan dengan hikmat, diselingi sedikit percakapan antara zio dan eduard

" Saya permisi ke toilet dulu", ucap zio meninggalkan ananta dan eduard hanya berdua saja

Ananta makan dengan tenang sembari menahan rasa mual yang tiba-tiba dirasakannya.

" emmmpp", ananta menutup mulutnya rapat sembari meraba perutnya yang sudah tak rata

matanya terpejam, berharap dapat menghilangkan mual nya

"Eh", ananta membuka mata begitu merasakan sebuah tangan berada diatas perutnya

" Tu-tuan", ucap ananta saat menyadari tangan eduardus yang menyentuh perutnya

"maaf, saya tidak bermaksud lancang", ucapnya langsung melepaskan tangannya

ananta menggeleng. entah anaknya ingin disapa oleh kakeknya atau bagaimana, tapi rasa mualnya kini hilang begitu saja.

BURUNG KERTASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang