Bab 2

5.4K 423 11
                                    

Hari ini adalah hari pertama Shaka masuk sekolah, ia sudah bersiap dengan seragam yang menempel ditubuhnya. Memandangi wajah didepan cermin, Shaka mengambil kacamata diatas meja nakasnya dan memakainya.

Walaupun memakai kacamata, ketampanannya tetap terlihat dan malah membuatnya terlihat semakin tampan. Memang benar kata orang, wajah tampan itu pakai apa saja pasti cocok.

Shaka dan Shaga punya banyak kesamaan karena mereka kembar identik. Yang membedakan hanyalah tinggi badan Shaka yang lebih pendek dari Shaga dan sifat dinginnya yang berbanding balik dengan sifat Shaga yang ceria.

Tok

Tok

Tok

Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Shaka. Ia berjalan kearah pintu dan membukanya.

Didepan pintu sudah ada Shaga yang berdiri menunggunya.

"Emm, Mommy suruh gue manggil Lo buat sarapan" ucap Shaga canggung sambil menggaruk tengkuknya.

Shaka hanya mengangguk kecil dan melangkah keluar. Mereka berjalan bersama ke meja makan dengan suasana yang canggung, tidak ada percakapan diantara anak kembar itu.

Sesampainya di meja makan, sudah ada Lena dan Nathan yang menunggu mereka berdua. Mereka makan dengan diam dan sesekali melirik Shaka yang tidak menyentuh makanannya dan hanya memakan roti, namun mereka tidak mempermasalahkannya mungkin Shaka belum terbiasa dengan makanan Indonesia pikir mereka. Hanya ada suara gesekan alat makan di meja itu.

Selesai makan, Shaka berdiri hendak pergi namun tangannya dipegang oleh seseorang. Shaka mengentakkan tangannya dan berbalik, siapa yang memegang tangannya tanpa izin. Di kehidupannya saat menjadi Evan maupun Shaka ia seorang penderita OCD yang cukup parah.

Saat Shaka berbalik dapat dilihatnya Nathan yang tadi menyentuhnya berdiri dibelakangnya.

"Jangan sentuh" ucap Shaka penuh penekanan dan pergi menuju wastafel dapur yang bersebelahan dengan ruang makan.

Karena tidak ada tembok pembatas diantara ruang makan dan dapur, dapat mereka bertiga lihat dari ruang makan Shaka yang berjalan cepat menuju wastafel dan mencuci tangannya berulang kali.

"Emm, maaf abang pegang tangan kamu tiba-tiba. Abang cuma mau bilang, buat berangkatnya biar abang antar" ucap Nathan sedikit tidak enak.

Shaka tidak menjawab Nathan dan masih fokus mencuci tangannya hingga sabun yang Shaka gunakan hampir habis. Dirasa cukup, Shaka menghentikan kegiatannya dan memandang mereka tajam.

"Gue berangkat sendiri" Setelah mengatakan hal itu, Shaka segera pergi meninggalkan mereka yang memandangnya rumit.

Mereka merasa aneh, setidak suka itukah Shaka terhadap mereka sampai bersentuhan saja ia enggan. Namun Shaga juga ingat kemarin saat di bandara Shaka melepas paksa pelukan Lena yang membuatnya memiliki spekulasi.

Begitu ia melihat Tio, bodyguard Shaka, ia memanggilnya untuk menanyakan perihal Shaka.

"Om Tio, tunggu om! Emm kalo boleh tau apa Shaka punya semacam penyakit atau gangguan gitu?" Tanyanya begitu melihat Tio yang berhenti.

Tio terlihat bingung, ia ragu untuk mengatakannya namun yang didepannya juga merupakan keluarga Shaka yang wajib tau perihal keadaan Shaka.

Akhirnya dengan ragu ia mengatakannya.

"Itu... Sebenarnya sedari kecil tuan muda Shaka menderita OCD Ekstrim yang membuatnya harus homeschooling dan dia juga punya maag akut" ucap Tio

Merdeka yang mendengarnya sontak terkejut, terutama Lena dan Nathan yang merasa bersalah karena pernah menyentuh Shaka tanpa seizinnya.

Twins Figuran Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang