Bab 4

4.5K 350 8
                                    

Sesampainya di mansion, Shaka langsung saja turun dari motor dan meninggalkan Shaga yang menatapnya khawatir.

Shaka menaiki tangga menuju kamarnya, ia mengganti seragamnya dengan celana pendek berwarna hitam dengan kaos putih polos lalu meminum obat diatas meja nakasnya.

Setelah dirasa perutnya sudah tidak terlalu sakit, Shaka kembali turun ke bawah, ia berjalan menuruni tangga menuju dapur.

Saat melewati ruang tamu, terlihat gerombolan remaja yang tengah berkumpul disana. Sepertinya geng CALDERIOZ yang datang untuk bermain.

Shaka berjalan melewati mereka yang sedari tadi menatapnya begitu ia menuruni tangga.

Setibanya di dapur Shaka berjalan menuju kompor, sembari mengecek bahan-bahan apa saja yang berada di sana dan memutuskan untuk memasak nasi goreng.

Begitu selesai, Shaka pergi ke ruang tamu mendudukkan dirinya disebelah Shaga dengan membawa nasi goreng buatannya.

Mengabaikan tatapan yang mengarah padanya, Shaka memakan nasi gorengnya sambil memainkan handphonenya.

"Kayaknya Enak tuhh. Minta dong" celetuk Devan.

Dari aroma masakannya saja sudah tercium begitu nikmat, membuat Devan tidak tahan meneguk salifanya.

Shaka menghembuskan nafasnya pelan, lalu bergumam kecil.

Hmmm

"Beneran?! Wah! Gue juga mau kalau gitu!" seru Putra ikut menimpali.

Mereka berdua langsung saja menuju dapur dan menyerbu nasi goreng buatan Shaka, sambil tersenyum cerah.

Sepertinya mereka dengan tidak tahu malunya melupakan tuan rumah yang kini sedang menatap tak suka mereka berdua.

Shaga mengepalkan tangannya menatap tajam kepergian Devan dan Putra, lalu beralih menatap Shaka dengan tatapan yang sudah berganti menjadi lembut.

"Gila! Shak, ini beneran Lo yang masak?!"

"Kok bisa seenak ini sih, nasi goreng bintang lima aja gak seenak ini lohh!"

Teriakkan Putra dan Devan yang baru saja kembali dari dapur mengalihkan perhatian mereka. Semua yang berada di ruang tamu (-Shaka) menatap tajam mereka berdua.

Shaka lagi-lagi mengabaikan mereka dan melanjutkan makannya sampai selesai.






Selesai makan, kini Shaka sudah berada di kamarnya. Berbaring di atas kasur sambil menggulirkan matanya di sekitar kamar.

Shaka terus menatap lamat dinding kamarnya, sampai lamunannya harus terputus oleh dering handphone miliknya.

085********* Calling >>>

Shaka menatap lekat nomor asing yang menghubunginya.

Haruskah ia mengangkatnya, atau mengabaikannya saja. Lama berfikir Shaka memutuskan untuk mengangkat panggilan itu.

Shaka menekan tombol hijau lalu meletakkan handphonenya didekat telinga, suara asing memasuki pendengarnya begitu telfon tersambung.

"Halo" ucap seseorang diseberang telfon.

"Siapa" ucap Shaka dengan dingin.

"Maafkan saya karena mengganggu waktu istirahat anda tuan muda. Saya Radika Diaksara, Manager perusahaan cabang di Indonesia."

"Begini tuan muda, ada beberapa berkas yang perlu ditandatangani dan membutuhkan persetujuan anda, kar-" lanjutnya

"Besok"

Titt.

Belum sempat Dika menyelesaikan kalimatnya, Shaka terlebih dahulu memotong ucapan Dika dan langsung mematikan telfonnya tanpa menunggu lawan bicaranya mengatakan sesuatu.







Sedangkan disisi lain, terlihat di ruangan yang gelap seorang pria menatap keramaian jalanan kota yang ramai dari atas balkon.

Pria itu duduk di sofa single dengan kaki yang menyilang dan tangan menopang dagunya.

"Akhirnya aku menemukanmu, sudah sangat lama sekali.... " ucap pria itu dengan seringai kecil.

"Siapkan penerbangan, malam ini juga" ucapnya kepada bawahannya.

"baik tuan" jawab bawahan pria itu.






ding.... dong.... ding.... dong....

Bel pulang sekolah berbunyi, Shaka yang tengah berjalan menuju gerbang depan kembali melihat adegan novel dimana Anara yang terduduk menangis dan Aulia yang terlihat seperti tengah membully-nya.

"Lo kenapa sih, kenapa setiap ketemu gue lo selalu fitnah dan cari masalah sama gue!! Lo jangan so-soan paling tersakiti deh. Dikit-dikit nangis dasar jalang kurang belaian." seru Aulia

"Hiks.... Hiks.... ke-kenapa kak Lia palah Fitnah Ana hiks.... Je-jelas jelas kak Lia yang hiks.... dorong Ana sampai jatuh hiks.... d-dan Ana itu bukan Jalang hiks.... hiks...."

Jangan lupakan juga para siswa siswi yang menonton adegan tersebut sambil berbisik-bisik.

"Kasian banget ana, ditargetin sama queen bullying"

"Iya, Jelas-jelas itu ana yang jatuh. Pasti Aulia yang sengaja dorong"

"Lia jahat banget si, nargetin Ana yang gak punya salah apa-apa sama dia"

"Ngatain orang lain jalang, emang situ gak punya kaca yahh"

"Bener tuh, huuuu"

Aulia yang dijadikan bahan omongan pergi meninggalkan mereka dengan geram. Lagi-lagi semua orang lebih percaya Anara dari pada dirinya.

Sedangkan Anara sendiri menyeringai samar sehingga tidak ada yang menyadari senyumannya kecuali Shaka yang sedari tadi memperhatikan mereka.

Melihat pertengkaran tersebut membuat Shaka muak dan memilih pergi dari sana, namun sebelum pergi Shaka melirik geng CALDERIOZ yang lagi-lagi terlihat acuh dan tidak peduli dengan Ana.

Sebenarnya apa yang terjadi yang membuat mereka seakan tidak peduli terhadap Ana, di novelnya jelas tertulis geng CALDERIOZ yang akan selalu membela Ana bagaikan pangeran berkuda putih.

Lagi dan lagi Shaka memilih abai dan meninggalkan kerumunan menuju gerbang depan.

Disana sudah ada Tio yang tengah menunggunya. Membukakan pintu mobil, Shaka langsung masuk kedalam dan pergi meninggalkan pekarangan sekolah menuju perusahaan Ferant yang berada di Indonesia seperti janjinya semalam.

______________________________________________

Maaf ya Phia telat Up🙏🏻😢
Phia bener bener lagi sibuk di rl nihh😓
Sekali lagi Phia minta maaf ya, akan Phia usahain buat Up lebih sering 🙏🏻🙏🏻
Tapi jangan terlalu berharap juga, karena Phia lagi padat-padatnya jadwal ujian😭😭

See you next time....

Twins Figuran Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang