BAB II : Permainan Pertama

1.9K 15 2
                                    

Istana Ibu Suri

Hari dengan cepat beranjak malam. Sesuai perintah dari Ibu Suri, Xiao Yingjun dimandikan, diberi wewangian, dan dipakaikan jubah panjang tipis terbuat dari sutra terbaik. Xiao masih bertanya-tanya dalam hati, sebenarnya ia mau diapakan?

Seorang pelayan istana mengantar Xiao menuju kamar Ibu Suri.

"Anu, nona saya ingin bertanya. Sebenarnya apa yang terjadi?, dan kenapa saya diperlakukan seperti ini?" Tanya Xiao pada pelayan di sampingnya.

Si pelayan itu menggelengkan kepalanya, "Saya juga tidak tahu tuan. Mungkin nanti di dalam kamar Ibu Suri, tuan akan menemukan jawabannya." Jawab si pelayan itu.

Xiao diantar sampai pintu kamar Ibu Suri. Pintu itu begitu besar dan luarnya penuh dengan ukiran-ukiran seni khas China.

"Saya hanya bisa mengantar sampai sini. Mari, silahkan masuk tuan." Ucap si pelayan pada Xiao.

Xiao memasuki kamar sang Ibu Suri. Kamar Ibu Suri begitu luas dan besar : langit-langitnya mungkin setinggi 5 meter, perabotan terbuat dari emas dan perak ditaruh di sisi dinding kamar, di samping kanan kamar. Terdapat sebuah ranjang besar mewah berkelambu ; dan di satu sisi tiang kelambu, Xiao menyaksikan suatu pemandangan yang mencengangkan sekaligus menggairahkan hasrat pria.

Ibu Suri, hanya mengenakan celana dalam dan lingerie putih yang transparan, ia membungkus kaki dan tangan kanannya di atas tiang Kelambu, Ibu Suri sedang melakukan tari tiang yang erotis dengan meliuk-liukkan tubuhnya sembari terpagut di atas tiang kelambu.

Xiao ternganga sesaat, mulutnya terbuka lebar menyaksikan adegan yang terjadi di depan matanya, kecantikan wajah dan kemolekan tubuh Ibu Suri, yang meliuk-liuk sedang menari di tiang kelambu, membuat hasrat kejantanan Xiao menggelegak. Dengan perlahan ia melangkah menuju Ranjang. Sambil kedua mata tetap memperhatikan pertunjukan tari tiang erotis yang dilakukan oleh Ibu Suri.

Ketika jarak sudah dekat, Ibu Suri menyelesaikan tari tiang erotisnya, Jiang menjejakkan kaki di lantai dan menghadap ke arah Xiao yang sedang berdiri mematung. Xiao mengagumi rupa fisik sang ibu Suri yang begitu terbuka, meski sudah berusia 30 tahun lebih rupanya Ibu Suri pandai merawat tubuh, Lekuk tubuhnya berbentuk seperti jam pasir, Payudaranya Bulat dan besar dari balik lingerie, kulit seputih susu, dan bibir merah merekah lebar yang sensual, kedua bola mata ibu Suri menatap penuh hasrat Xiao, seperti seorang Harimau yang hendak menerkam buruan.

Jiang meraih tangan kanan Xiao lalu mencium tangan atasnya.

"I-ibu suri." Ucap Xiao dengan tertutup. Ia masih tak percaya dengan apa yang ia lihat, dan kini seorang ibu Suri yang mulia mencium tangannya, seorang prajurit rendah dari kasta rendah.

Jiang lalu menatap Xiao sambil mengelus lembut pipi Xiao, Xiao dapat merasakan lembutnya kulit Ibu Suri, sama seperti lembutnya kain sutra yang ia kenakan.

"Xiao Yingjun. Kamu adalah milikku dan kamu harus memuaskanku." Ucap Jiang pada Xiao.

Jantung Xiao berdegup kencang, ia menelan salivanya. Xiao tak dapat menolak permintaan sang Ibu Suri yang mulia, penolakan berarti pembangkangan, dan pembangkangan berarti Hukuman yang keras.

"H-hamba patuh yang mulia." Ucap Xiao dengan tergugup.

"Santai saja sayang." Ucap Jiang, ia mendekat dan mencoba melepas jubah sutra yang dikenakan Xiao.

Xiao refleks mundur selangkah, kaget atas tindakan yang Ibu Suri lakukan.

"Tidak apa-apa, jangan takut. Ingat kau harus patuh padaku...atau hukuman berat akan menantimu." Ucap Jiang, dengan nada menggoda sekaligus mengancam.

Peliharaan Sang Ratu JandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang