BAB 1 : Sang Ratu

1.7K 19 6
                                    

Kompleks Istana Ibu suri. Ibukota Tong-Kerajaan Yue

Tahun 900 A.D

 Sudah hampir satu tahun semenjak Raja Naiwen wafat dalam pertempuran melawan suku barbar di Utara. Kematian yang mendadak membuat Ratu Jiang Ai menjadi janda dalam usia yang relatif muda yakni 32 tahun. 

Diusianya yang tahun ini menginjak 33 tahun. Jiang Ai dianugerahi dengan paras cantik dan lekuk tubuh yang begitu baik. Jiang Ai bukanlah seorang perempuan dari keluarga bangsawan atau terhormat, ia berasal dari keluarga miskin, dan dia mencoba mengadu nasib ke Ibukota pada usia ke 16. Dengan paras yang cantik dan tubuh yang menawan, Jiang Ai memutuskan untuk menjadi penari erotis di sebuah kedai bir di ibukota.

Sebagai seorang penari erotis di sebuah kedai bir. Ia mampu menggoda puluhan pasang mata pria-pria hidung belang yang berkunjung ke kedai bir. Kecantikan, Kemolekan tubuh, Dan Kelemah-gemulaian tariannya memukau semua pengunjung yang datang, nama Jiang Ai langsung terkenal se-ibukota, hingga berita itu mencapai telinga Mendiang raja Naiwen.

Raja Naiwen tersihir oleh rupa ayu dan molek tubuh Jiang Ai. Lantas Raja Naiwen menikahi JIang Ai, meskipun para petinggi Istana banyak yang tak menyetujui keputusan raja menikahi Jiang Ai, namun keputusan Raja adalah keputusan Dewa, siapakah yang berani menentang keputusan Dewa?. Begitulah kisah masa lalu Jiang Ai, mengapa ia bisa menjadi seorang ratu.

Dibalik bilik kamar sang ratu. terdengar suara desahan begitu menggoda. Diatas kasurnya yang besar, sang ratu ibu suri sedang melakukan masturbasi. Jiang terbaring telentang dengan melebarkan kedua kakinya, ia  menggosok dan memasukkan dua jari tangan kanannya kebagian bawahnya.

"Ahhhhh....shhhhh...ahhhh.shhh." desah Jiang sambil bermasturbasi. Matanya mengerjap-ngerjap dan kepalanya ditolehkan agak ke kiri dan ke kanan karena menahan rasa nikmat.

Jiang ingin sekali merasakan kenikmatan ngeseks. Dan jujur saja kenikmatan masturbasi tidak seberapa dibandingkan ngeseks dengan seorang pria.

Tak mampu mencapai ejakulasi. Jiang membenamkan dirinya di kasur. Kedua tangannya menutupi wajahnya. lalu kemudian kedua tangan direntangkan di atas kasur.

"Sial. kenapa aku harus menjadi janda di usia semuda ini." Gumamnya kesal. 

Ia amat menginginkan sentuhan seorang pria. Mendiang Raja Naiwen adalah seorang pria yang cukup memuaskan hasrat seks Jiang. namun bisa dibilang Raja Naiwen tidak cukup jago diatas ranjang. 

dari hasil hubungannya dengan Mendiang Raja Naiwen, Jiang melahirkan seorang putra, yakni pangeran Da Wei 10 tahun yang lalu. Karena pangeran Da Wei masih kecil, maka Jabatan Raja dipegang oleh Ratu Jiang, selaku ibu dari pangeran Da Wei sampai pangeran Da Wei menginjak usia 17 tahun. Dengan begitu. Secara De Facto Jiang memiliki kekuasaan absolut mewakili sang anak.

Statusnya sebagai seorang Ibu Suri dan wali Raja. Otomatis membuat Jiang berhak mendapatkan fasilitas-fasilitas dan kemewahan-kemewahan Kerajaan. Meski demikian, Jiang merasa ia bagaikan seekor burung di dalam sangkar emas. Menghabiskan hari-hari sebagai seorang perempuan kesepian tanpa seorang pria yang menemani. 

"Persetan. Aku tak mau menghabiskan sisa hidupku seperti ini." Ucap Jiang pada dirinya sendiri.

"Pelayan!" Seru Jiang. tak berapa lama kemudian, seorang pelayan wanita masuk ke dalam kamar sang Ibu Suri. 

"Hamba yang mulia." Ucap pelayan itu sambil menghaturkan sembah hormatnya.

"Panggil Mentri Wu Han kemari, sekarang." Titah Jiang.

"Baik paduka Ibu Suri." ucap si pelayan dengan patuh.

Mentri Wu Han adalah kepala rumah tangga kerajaan. Dan orang kepercayaan Jiang.

Peliharaan Sang Ratu JandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang