BAB IV : Menjadi seorang Adipati

848 13 3
                                    

Kadipaten Ai. Satu bulan kemudian

Setelah ibusuri menitahkan Xiao menjadi seorang Adipati untuk kadipaten Ai, kehidupannya seketika berubah total. Xiao kini menjadi seorang Bangsawan yang memiliki luas tanah ribuan kilometer persegi. Ia kini tinggal di puri khusus untuk Adipati, dengan memiliki ratusan pelayan dan ribuan rakyat jelata yang berada dibawah otoritasnya langsung.

Sebagai seorang Adipati bangsawan, ia hanya bertugas untuk memastikan kadipatennya menyetor hasil bumi setiap tahun ke ibukota, apabila setoran hasil buminya bagus dan tidak pernah telat, maka semakin baik reputasi Xiao sebagai seorang Bangsawan.

Ibusuri berjanji akan menemuinya, dan Xiao dengan senang hati menantikan kedatangan sang ibusuri yang juga merupakan kekasihnya, Jiang.

Xiao mengenakan pakaian terbaik, jubah panjang yang terbuat dari kain sutra. Sambil memandangi halaman depan puri, ia memikirkan Jiang dan yang mereka lakukan satu bulan yang lalu. Kalau dipikir-pikir ; ternyata bersetubuh itu memang nikmat, apalagi jika bersetubuh dengan Jiang. Meski Jiang sudah berusia 33 tahun, namun boleh dibilang Jiang masih memiliki paras yang cantik dan tubuh yang langsing, belum lagi sensasi memasukkan tiang kedalam lubang wanita milik Jiang, rasanya sungguh benar-benar nikmat, pikir Xiao.

"Permisi, maaf menganggu tuan Adipati, tapi saya dikabari bahwa Ibusuri sedang menuju kesini." Ucap seorang pelayan puri.

Xiao agak terkejut karena Ibusuri datang begitu mendadak.

"Terimakasih, segera siapkan segala sesuatunya untuk menyambut ibusuri." Ujar Xiao pada si pelayan. Pelayan mengangguk patuh, lalu beringsut mundur untuk menjalankan titah Adipati Xiao.

Xiao pun mempersiapkan diri, lalu berjalan menuju teras puri untuk menyambut kedatangan ibusuri.

Bersama para pelayan, Xiao berdiri di bawah teras puri. Ibusuri Jiang datang menggunakan kereta kuda diiringi beberapa pengawal ratu dan pelayan. Xiao melangkah menuju pintu kereta kuda untuk menyambut kedatangan Ibusuri Jiang. Jiang turun dari kereta kuda dengan melenggang anggun : rambutnya ditata begitu rapih, bedak dan kosmetika menyelimuti wajahnya yang sudah cantik, dengan lembut Xiao mengenggam telapak tangan Jiang ketika turun.

"Selamat datang di puriku Ibusuri, s-suatu kehormatan bagi saya anda berkunjung kesini." Ucap Xiao menyambut Ibusuri Jiang.

Jiang mengangguk perlahan, lalu melemparkan senyumnya yang manis pada Xiao, membuat wajah Xiao merona.

"Mari Ibusuri, saya antar ke dalam." Ucap Xiao. Xiao lalu menuntun Ibusuri Jiang ke dalam purinya menuju ruang tamu, sambil diikuti oleh para pengiring.

Ibusuri Jiang duduk di kursi sisi kanan, sementara Xiao duduk di kursi depan bersebelahan dengan tempat duduk Ibusuri Jiang, para pengiring Ibusuri mengambil tempat di sekitar ruang tamu.

Dua orang pelayan puri membawa baki berisi teh hangat untuk Xiao dan Jiang. Xiao dan Jiang lalu bercakap-cakap mengenai hal-hal ringan terkait cuaca dan perjalanan Ibusuri ke daerah Ai.

"Aku minta semuanya untuk keluar." titah ibusuri Jiang kepada para pengiring dan pelayan puri. Hanya dalam hitungan detik, para pengiring dan pelayan puri segera menghambur keluar dan menutup pintu ruang tamu.

"Berdirilah adipati Xiao." Titah Ibusuri Jiang.

Xiao segera berdiri menyamping menghadap Ibusuri Jiang. Jiang tampak tersenyum penuh goda dan nafsu.

"Bagus, tetaplah berdiri seperti itu." Ujar Ibusuri Jiang.

Jiang segera berlutut di hadapan Xiao, ia melepas ikatan sabuk bawahan Xiao, bawahan Xiao segera melorot kebawah, dan menampakkan batang Xiao yang masih tertidur namun terlihat panjang dan besar.

Peliharaan Sang Ratu JandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang