Gestara Minta Nikah

252 175 27
                                    

DISCLAIMER

Ini cerita hanya fiksi, jadi tolong jangan di sangkut pautkan dengan kehidupan real

Di bawah langit malam yang penuh dengan gemerlap bintang-bintang bersinar, Gestara merasakan kedamaian yang mengalir begitu lembut, meredakan emosi yang sebelumnya Ia rasakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di bawah langit malam yang penuh dengan gemerlap bintang-bintang bersinar, Gestara merasakan kedamaian yang mengalir begitu lembut, meredakan emosi yang sebelumnya Ia rasakan. Cahaya remang-remang dari lampu jalan menyoroti jalanan kota, menciptakan siluet bangunan yang megah di sekitarnya. Suara gemuruh mesin mobilnya menyatu dengan irama kota yang tidak pernah berhenti, seperti sebuah simfoni urban yang terus berputar.


Di sampingnya duduk Ruby yang tengah melihat keluar jendela, menikmati pemandangan malam kota yang indah. Mengamati gedung-gedung menjulang tinggi yang mencitrakan kemegahan manusia. Cahaya neon dari toko-toko dan kafe-kafe menciptakan warna-warna yang mencolok, seakan menghidupkan malam dengan keceriaan khususnya. Ruby tersenyum melihat gerak hidup malam yang penuh dengan kegiatan.

Ditengah keheningan yang tercipta di dalam mobil, Gestara memutuskan untuk membuka suara. Lelaki itu dengan lembut meminta maaf, sebuah tindakan yang membuat Ruby menoleh dengan ekspresi heran.

"Untuk?" tanya Ruby, mencoba mengeksplorasi lebih dalam makna dari kata-kata yang dikeluarkan Gestara.

“Untuk kencan kita yang gagal,” jawab Gestara dengan suara yang hampir teredam. Kata-katanya menggantung di antara mereka, seolah menjadi jembatan yang menghubungkan momen yang tidak sesuai harapan.

“Aku gak akan kencan sama murid sendiri.”

Gestara merasa dadanya terasa berat ketika ia mengelusnya dengan lembut sebagai bentuk penghiburan untuk menahan emosinya. Sudah terlalu sering ia mendengar Ruby membicarakan batasan-batasan yang terasa menyiksa baginya hari ini.

Meskipun telah berulang kali, Gestara masih belum terbiasa dengan hal tersebut. Sebaliknya, setiap kali Ruby mengulangi hal itu, rasa muak dalam dirinya semakin memuncak. Benar-benar seperti mantra sial yang terus diulang.

“Sekali lagi kamu bahas tentang murid, wali kelas atau batasan-batasan sialan itu, aku gak segan-segan ngelakuin malam panas seperti sebelumnya.” Ancam Gestara, membuat Ruby menghela napas.

"Gestara, mari kita lupakan kejadian itu. Aku tidak akan meminta pertanggung jawaban dari kamu karena dalam hal ini, aku juga salah," ucap Ruby dengan nada lembut.

Gestara merespon dengan menepikan mobilnya di pinggir jalan, memberikan perhatian penuh pada Ruby. Matanya menatap tajam ke arah perempuan di sampingnya, mencoba menggali makna di balik kata-katanya yang baru saja diucapkannya.

Sejenak, suasana di dalam mobil terasa tegang, menambah keruhnya perasaan Gestara. Gestara dengan sabar menunggu, hampir seperti menahan napas, untuk mendengar lanjutan dari pengakuan Ruby.

UNEXPECTED LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang