02. Keputusan

233 91 40
                                    

-Happy Reading-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Happy Reading-

Hanna, Istri Janu, sedang berlari sambil menggendong sang buah hati.

Hatinya berkecamuk melihat sang anak yang saat ini tak sadarkan diri. Ditambah lagi, ia menyaksikan darah segar yang mengalir dari hidung putranya, Rasendriya.

   "Dok! Dokter!" teriak Hanna membuat orang-orang yang ada dikoridor rumah sakit menatap ke arahnya.

   Dari arah depan terlihat seorang dokter dan suster berlari kearahnya. Mereka mendorong brangkar dan segera meminta Hanna meletakkan anaknya di sana.

   "Tolong anak saya dok. Dia demam tinggi, kejang, mimisan lalu sekarang tidak sadarkan diri," jelas Hanna sambil menangis.

   Kini pikirannya kacau, ditambah lagi tidak ada suami yang menemaninya.
Sedangkan Dava terdiam. Dia hanya mampu mengelus punggung rapuh mamanya yang bergetar akibat menangis.

   "Mama yang tenang, ya. Adek pasti ga papa," ucap Dava sambil terus mengelus punggung wanita kesayangannya itu.

   "Mama takut Dava, mama takut adek kenapa-napa. Kamu lihatkan darahnya banyak banget," jawab Hana menatap mata si sulung.

   "Dava hubungi papa ya, ma."

   "Dava pinjam hpnya mama."

   Hanna merogoh tasnya lalu memberikan ponselnya ke anak laki-lakinya itu.

    Saat ini, bahkan untuk mengubungi sang suami pun dia tidak ada tenaga.

    Dava itu anak pendiam, bahkan di situasi sekarang pun dia hanya berbicara seperlunya. Padahal hatinya sama cemasnya dengan sang mama. Dan berharap papanya segera kemari dan menenangkan mamanya yang sedang menangis.

   Namun, sebelum Dava mendial nomor sang ayah dokter keluar dengan raut wajah yang tidak dapat digambarkan.

   "Bu." Panggil dokter itu dengan lirih.
Dava dan Hana pun beranjak dari duduknya.


   "D-dok? Bagaimana anak saya dok? Dia baik-baik saja kan." tanya beruntun dari Hanna. Sungguh dia sangat cemas dan takut.

    "Pasien telah berhasil melewati masa kritisnya, namun pasien perlu di rujuk ke rumah sakit lain. Karena, mohon maaf kamar inap disini sudah penuh. Dan beberapa bagian rumah sakit sedang dalam perbaikan," jelas dokter yang mengharuskan Rasen untuk di rujuk kerumah sakit lain.

   "Lakukan yang terbaik, dok. Saya minta rujukan ke Rumah Sakit Ananda. Itu Rumah Sakit keluarga saya." Pinta Hana pada dokter.

BULAN MATAHARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang