BULAN MATAHARI

10. Rasa dan Mama.

-HAPPY READING-

Hari ini seluruh keluarga Janu sedang bersiap-siap untuk pergi ke bandara karena hari ini kakak dari Hanna tiba-tiba memberi kabar akan mengunjungi mereka.

"Uncle Jo itu yang mana, Bang?" bisik Hardian pada Dava yang tengah memakai jaketnya.

"Kamu belum ketemu, ya? Dulu terakhir Uncle Jo ke sini kamu belum ada, Ian," jawab Dava.

"Ohhh .... " Hardian hanya ber-oh saja, setelahnya mereka berdua turun ke bawah.

"Loh, kamu ikut juga, Kak?" tanya Dava ketika melihat Rasen yang sama rapinya dengan mereka.

"Iya dong, mau jadi yang pertama kali peluk Uncle," jawabnya. Ini adalah hari ketiga Rasendriya keluar dari rumah sakit, ia terlampau semangat ketika diberi kabar jika sang paman yang telah lama tak mengunjungi mereka akan berkunjung hari ini.

"Harusnya Abang tanya begitu ke dia, ngapain ikut," ucapnya menunjuk Hardian dengan dagunya, "orang asing," lanjutnya.

Hardian hanya menunduk, setelah tahu siapa dirinya ia semakin sadar posisinya sekarang yang memang bukan siapa-siapa.

"Sudah-sudah, ayo," ajak Dava pada keduanya.

Hardian menatap sang Abang yang tengah tersenyum, baginya sosok Madava Bagaskara Kalandra Abang paling hebat yang ia punya. Kesabarannya melebih dari apapun, selalu melindunginya saat amarah mama mencengkeram raganya. Tak pernah sekalipun laki-laki itu membedakan antara dirinya dan sang kakak. Madava, benar-benar menepati janjinya untuk berlaku adil.

Disisi lain, Rasen juga tengah menatap senyum indah sang Abang. Pemuda itu sangat mengagumi sosok yang lebih tua. Bagi Rasen, Abangnya adalah super hero hebat kedua setelah papa. Walau terkadang ada rasa iri ketika Dava terlalu banyak menghabiskan waktunya bersama Hardian, namun tanpa diketahui banyak orang Dava akan senang hati meluangkan waktunya hanya untuk Rasen. Menemaninya melukis contohnya.