Pada akhirnya ini semua
hanyalah permulaan.
Pada akhirnya kami semua
berkawan dengan sebentar.
Berbaring tersentak tertawa
Tertawa dengan air mata.
Mengingat bodohnya dunia
Dan kita yang masih saja
Berusaha.
Kita beranjak dewasa.
Jauh terburu seharusnya
bagai bintang yang jatuh.
Jauh terburu waktu-Nadin Amizah, Beranjak dewasa-
-Happy Reading-Semilir angin di penghujung hari berhembus menerpa helaian rambut pemuda yang terduduk di taman sore itu
Kala itu, langit yang dilukis dengan semburat jingga menjadi temannya menghabiskan sore sebelum matahari benar-benar meninggalkan tempatnya.Duduk disalah satu bangku di sana, pemuda itu menggeser tas yang ia bawa untuk diletakkan di atas pangkuannya. Ia mulai memilah-milah jajaran buku-buku di dalam tas tersebut untuk mencari benda yang dicarinya.
Benda itu adalah sebuah buku yang lumayan cukup tebal.
Setelah mengambilnya, Ia meletakkan buku itu pada pangkuannya. Sembari menyesap kopi yang ada ditangan kirinya ia mulai membuka pembatas pada buku itu."Ahh ..... seger banget ni kopi," ujarnya. Matanya mulai fokus pada barisan huruf-huruf yang tersusun membentuk sebuah kalimat-kalimat panjang di sana.
"Lanjutlah, habis ini pulang, hahahah," lanjutnya diselingi tawa renyahnya.
Pemuda dengan topi yang dibalik itu menghabiskan waktunya ditemani oleh adiwarnanya senja, pohon-pohon juga bunga-bunga yang bergoyang mengikuti irama nyanyian sang bayu.
Ah, jangan lupakan secangkir kopi favoritnya.
"Haduh .... capek banget gue, itu Pak Joko bener-bener dah kasih tugasnya," keluh pemuda yang mendudukkan diri di salah satu kursi taman.
Laki-laki berjaket hitam itu endengus kesal. Pasalnya, hari ini sang guru memberikan test dadakan untuk kelasnya. Dan tentu saja ia tak sempat belajar banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
BULAN MATAHARI
General Fiction[𝘽𝙐𝙆𝘼𝙉 𝘽 𝙓 𝘽‼️] Bahkan, untuk kehidupan yang lain Hardian masih berdoa untuk hal yang sama. Rumah, keluarga dan kehidupan yang ia mau. "Entah dikehidupan yang mana, Abang selalu berdoa untuk akhir seperti cerita ini." 07 February 2024