-Happy Reading-
Siang ini nampaknya panas matahari enggan terlalu menyengat ubun-ubun. Pasalnya sekarang suasana hangat dan cerah cenderung mendominasi.
Angin yang bertiup seakan menjadi saksi bagaimana senangnya hati anak kecil yang tak henti-hentinya melengkungkan ke atas kedua sudut bibirnya. Menciptakan hawa yang hangat pula di sudut hati jiwa yang lebih tua.
"Terima kasih, abang," katanya dengan sepotong senyuman khas milik si bocah gembul yang menunjukan deretan gigi menggemaskannya.
Kaki mungilnya masih mengayuh pedal-pedal pada sepedanya.Disampingnya, sama halnya Hardian, Dava juga enggan menurunkan sudut bibirnya. Terlampau bahagia untuk hari ini. Dua anak berbeda usia itu seakan lupa apa yang telah terjadi kemarin hari.
"Seneng ga? Nanti kalau liburan, abang ajak sepedaan ke taman deh," ucapnya dengan nada yang sangat riang. Yang di balas tawa kecil sang adik.
"Hu'um."
Tak terasa setelah mengayuh cukup lama, kedua anak Januar itu pun menepi. Si kecil terengah dengan nafas yang cepat.
"Hahh .... Capek, abang," adunya.
"Hahaha .... Capek ya .... Gitu doang nihh ...." Madava memang suka mengejek dan menjahili adik-adiknya terlebih jika itu Hardian. Yang di ejek tidak merespon, justru mendudukkan tubuhnya pada trotoar pinggir jalan itu.
Dava yang merasa tidak tega dengan adiknya mengedar pandangannya hingga sepasang nayanikanya menangkap toko yang tak jauh dari mereka berada.
"Dek, tunggu di sini, ya. Abang ke sana dulu." Jarinya menunjuk dimana toko itu berada. Tanpa menjawab Hardian hanya mengacungkan jempolnya sebagai jawaban. Cukup lelah karena ini pertama kalinya ia bersepeda.
Dengan sedikit berlari laki-laki 17 tahun menyebrang jalan.Sesampainya di sana ia segera mengambil air mineral dan beberapa jajanan. Tak lupa yogurt kesukaan adiknya. Setelah beberapa saat mengambil apa yang di butuhkan, ia segera membawanya pada kasir untuk di bayar.
"Berapa mbak?" tanya Dava sembari meletakan belanjaannya.
"Total 35.000, mas," balasnya.
Setelah membayar Dava lantas berjalan keluar menghampiri sang adik di seberang jalan sana.
"Nih, minum!" Dibukanya segel pada botol tersebut. Tangan mungil milik Hardian segera menyambutnya. Meneguknya dengan semangat seakan lama tenggorokannya itu lama tak dibasahi.
KAMU SEDANG MEMBACA
BULAN MATAHARI
General Fiction[𝘽𝙐𝙆𝘼𝙉 𝘽 𝙓 𝘽‼️] Bahkan, untuk kehidupan yang lain Hardian masih berdoa untuk hal yang sama. Rumah, keluarga dan kehidupan yang ia mau. "Entah dikehidupan yang mana, Abang selalu berdoa untuk akhir seperti cerita ini." 07 February 2024