Tiada yang bilang badainya kan reda
Berhadapan dengan cahaya yang kerap membutakan
Tiada yang bilang jawaban kan datang
Jauh dari seram yang selama ini telah kubayangkan
Semua aku dirayakan
Hati ku seberat dunia
Semua bentuknya kau rayakan
Menangis pun kau penuh tenang ku dibuai
Jika malam datang dan takut menyerang
Kau genggam apa yang kuragukan-Nadin Amizah, Semua Aku Dirayakan-
-HAPPY READING-
Kini malam sudah semakin larut, tapi dua insan muda itu tetap terduduk pada tempatnya. Jero sudah menahan kantuknya, namun sang teman masih setia memandangi bintang-bintang diawang-awang. Angin pun tak kalah kencang, dinginnya menusuk tulang namun keduannya enggan untuk beranjak.
"Lu ga ngantuk, an?" tanya Jero, tubuhnya bangkit bersandar pada dinding di belakangnya.
"Kalau mau pulang, pulang aja. Gue masih mau di sini," jawab Hardian.
"Udah mau jam 12 nih."
Hardian tak menggubris temannya, ia justru bangkit dan berjalan ke arah pembatas rooftop. Lagi-lagi, netranya menatap pada langit. Entah kenapa perasaannya berubah sedih kala menatap bintang-bintang di sana.
"Bentar lagi ganti hari, dan besok ulang tahun gue. Tapi kayanya ga ada yang inget." Kepala pemuda itu menunduk. Tak terasa matanya memanas, perlahan ia pejamkan matanya dan hal itu berhasil membuat bulir air matanya jatuh begitu saja.
Dari belakang Jero mengamati gerak-gerik Hardian, pemuda itu lantas bangkit dan menghampirinya. Ditepuknya bahu yang terlihat layu itu, "Bro," panggilnya.
"Lo pernah dirayain ga ultah lo sama orang-orang yang lo sayang?" tanyanya tiba-tiba yang membuat Jero mengerutkan dahinya.
"Bahkan, kayanya lo juga lupa." Hardian tersenyum getir.
"Gue ga lupa, bahkan harusnya kali ini lo pergi sama gue ke rumah Nakha. Lo kira, gue sama Nakha lupain ultah sahabat sendiri. Tapi liat mood lo lagi kaya gini, mungkin gue sama Nakha harus nunda dulu."
"Yan, lo jangan pernah ngerasa sendiri. Lo masih punya gue sama Nakha kalau lo lupa."
"Selamat ulang tahun, gue harap lo dan kita panjang umur. Panjang umur juga buat persahabatan kita." tanpa bisa menahan Hardian memeluk raga Jero dengan erat. Tangisnya pecah, dia selalu merasa sendiri diantara para manusia itu. Tapi Jeno dan Nakha selalu ada untuknya.
Ponsel Jero berdering, tertera nama Nakhal di sana. Jero mengangkat dan meloudspiker panggilan telepon itu
Nakhal
KAMU SEDANG MEMBACA
BULAN MATAHARI
General Fiction[𝘽𝙐𝙆𝘼𝙉 𝘽 𝙓 𝘽‼️] Bahkan, untuk kehidupan yang lain Hardian masih berdoa untuk hal yang sama. Rumah, keluarga dan kehidupan yang ia mau. "Entah dikehidupan yang mana, Abang selalu berdoa untuk akhir seperti cerita ini." 07 February 2024