‧₊˚🍀༉‧₊˚.
Hari-hari berlalu dan hari ini masih sama seperti hari biasanya. Dengan wajah berseri-seri seperti manusia tanpa beban hidup, Jasmine memasuki kelas yang sudah lumayan ramai dikarenakan bel akan segera berdentang beberapa menit lagi.
"Pagi Agatha," sapa Jasmine ramah kepada teman kelasnya.
"Pagi juga Jasmine, bawa apa tuh?" Agatha memandang tentengan Jasmine.
"Ini?" Jasmine mengangkat tas kainnya yang tidak terlalu besar. "aku habis coba buat brownies dari ubi ungu, mau coba?"
Pagi-pagi ditawari brownies? Siapa yang mau menolak. Rezeki pagi namanya. Tak terkecuali Agatha, gadis dengan potongan rambut bob itu langsung memberikan senyum lebar pada Jasmine. "mau dong!"
Jasmine membuka kotak makannya. "ambil aja."
"Makasih Jas. You're the best!"
Jasmine hanya tertawa. Kemudian ia pun menuju mejanya.
"WASSA WASSA WASSAAAA ma bro en sissssturrrr!!"
Jasmine terperanjat. Sahabat gilanya ternyata baru tiba.
"Morning Jasmine," sapa Kylie setelah menyapa anak-anak lain. Kini gadis itu telah duduk di kursi yang tidak jauh dari Jasmine. "eh, apa tuh?"
"Brownies. Mau?"
"Wadahel. Siapa yang mau nolek, rek?"
Jasmine menyodorkan kotak makannya pada Kylie.
Setelah mengambil dua potong brownies Kylie baru bisa duduk tenang tanpa membuat bising ruang kelas. Baru setelah habis satu potong gadis itu memiringkan tubuhnya menghadap Jasmine. Tanda-tanda siap untuk memberikan informasi terkini.
"Masa ya, tadi waktu ngelewatin lapangan indoor sekolah aku liat Zaku sama Edward berduan lagi. Mereka nggak kehabisan topik apa ya? Selalu berdua gitu. Ck ck ck."
Tanpa Kylie sadari ia dan Jasmine juga selalu berdua. Dan nyatanya mereka tidak pernah kehabisan topik.
"Biarin lah. Nggak sama cewek ini," jawab Jasmine mencoba acuh tak acuh. Walaupun sebenarnya ia ingin sekali menggantikan posisi Edward yang selalu bisa bersama Zaku kapan pun. Layaknya wibu dengan maskernya. Huftt.
Tapi mau bagaimana lagi? Karena nyatanya, Zaku dan Edward memang sudah berteman sejak bangku sekolah dasar. Mau memisahkan mereka juga rasa-rasanya tidak mungkin. Lagi pula siapa ia hingga bisa mengatur kehidupan Zaku?
Intinya, selama Zaku bahagia, maka Jasmine juga akan berusaha untuk bahagia.
Kylie menepuk-nepuk pundak Jasmine. "betul juga."
Tak lama setelah keterdiaman mereka berdua, bel sekolah berbunyi nyaring pertanda jam pelajaran pertama dimulai.
Setelah mendapat arahan dari guru bahasa Indonesia kini seisi kelas berbondong-bondong menuju perpustakaan sekolah tanpa terkecuali.
"Ibu tunggu di sini ya," kata Bu Ida-guru bahasa Indonesia kelas 12 setelah dirinya mendudukkan diri pada salah satu kursi di lantai satu gedung perpustakaan. "nanti, yang sudah selesai langsung kesini aja, supaya langsung ibu nilai."
Setelah mengiyakan ucapan ibu hamil itu anak-anak kelas Jasmine langsung berpencar mencari spot terbaik masing-masing.
Jasmine sendiri memilih untuk menuju lantai dua karena menurutnya suasananya lebih tenang.
Mendapat sebuah buku yang akan dijadikan referensi Jasmine lalu memilih sebuah tempat duduk dekat dengan jendela kaca berukuran besar yang menghadap kolam renang semi olympic milik sekolah di bawah sana.
Tugas kali ini adalah membuat artikel. Bisa opini, bisa fakta, dan Jasmine memilih untuk membuat sebuah artikel fakta, oleh karena itu ia memerlukan sebuah buku untuk ia jadikan acuan.
Duk
Jasmine menoleh. Demi Tuhan. Gadis itu begitu kesulitan untuk menahan senyumnya.
"Kenapa?" tanya Zaku yang melihat ekspresi aneh Jasmine.
Jasmine geleng-geleng. "nggak-papa," ucapnya dengan hati berdebar.
Zaku menggeser buku tulisnya ke hadapan Jasmine. Jasmine yang bingung pun kembali menoleh pada laki-laki yang terus berputar-putar di dalam kepalanya.
"Ajarin. Gue kan latihan minggu kemarin," Zaku berucap dengan nadanya yang flat seperti biasanya.
"O-iya," Jasmine membuka buku paket serta buku tulisnya. Senyum-senyum tidak jelasnya telah sirna digantikan wajah serius. "jadi artikel di bab ini itu ada dua macam kan. Pertama ada artikel fakta, dan yang kedua artikel opini. Dua-duanya di paragraf awal isinya sama-sama fakta. Baru di paragraf selanjutnya keliatan bedanya. Kalau artikel fakta setiap paragraf ya isinya fakta, sedangkan artikel opini cuma paragraf awalnya aja yang fakta selanjutnya isinya opini penulis.
"Contohnya ini," Jasmine menunjuk sebuah contoh artikel di buku paket. "di sini, menjelaskan kondisi Pantai Drini. Dan ya, ini isinya fakta, tahu sendiri kan di Pantai Drini ini emang banyak yang jual udang, kepiting, ikan kecil-kecil gitu yang udah siap santap. Sedangkan artikel yang ini," Jasmine kembali menunjuk sebuah artikel. Ia lalu membuat garis bawah disebuah kalimat dengan pensilnya.
"Sebaiknya pemerintah juga memberikan sebuah aksi, tidak hanya narasi. Nah ini. Kalau ini sebenernya keliatan banget dari kata sebaiknya, karena dari sini udah sangat menunjukkan bahwa kalimat ini merupakan sebuah opini atau pendapat. Paham nggak?" Jasmine menoleh. Mencari tahu apakah penjelasannya bisa diterima oleh Zaku.
Namun, mereka justru terlibat dalam sebuah kontak mata. Lalu keduanya terdiam mencoba menyelami perasaan masing-masing lewat tautan mata yang terjalin. Iringan lagu bersamamu yang dilantunkan oleh Jaz yang terputar pada pengeras suara di perpustakaan pun seolah mendukung terjadinya momen tersebut.
"Khem," Zaku memutus kontak mata mereka terlebih dulu. Laki-laki itu lalu memandang ke sembarang arah. Intinya jangan memandang gadis di sampingnya!!
Diam-diam Jasmine tersenyum. Apalagi ketika menyadari telinga Zaku yang memerah. Hihi. Lucu. Jasmine makin suka.
"Telinga kamu merah tahu," ucap Jasmine mencoba menggoda Zaku.
"Apa sih?! Ini jadinya gimana?"
"Gimana apanya?" tanya Jasmine sok tidak tahu.
"Ck. Nggak usah pura-pura."
Jasmine terkekeh. Ia sudah tidak bisa menahannya lagi. Baginya Zaku benar-benar menggemaskan saat ini. Jarang-jarang ia melihat seorang Zaku salah tingkah.
"Kenapa ketawa?" tanya Zaku tidak santai.
Jasmine menelungkupkan wajahnya pada lipatan tangan. Tawanya akan segera meledak.
Melihat kelakuan Jasmine di sebelahnya Zaku geleng-geleng. Sepertinya gadis itu senang sekali setelah berhasil membuatnya goyah.
Lalu, entah dorongan dari mana Zaku mengangkat tangan kanannya, ia daratkan telapak tangannya itu pada puncak kepala Jasmine. Laki-laki itu mengusap--tidak lebih tepatnya ia mengacak-acak rambut Jasmine.
Mendapat perlakuan yang begitu tiba-tiba rasanya jantung Jasmine ingin berhenti bekerja. Bagaimana ini? Ia memegangi jantungnya dengan kepala masih menelungkup. Gila. Jantungnya sepertinya sedang dugem.
Oh, tidak.
Kalau begini sih jadinya 1 : 1 bukan 1 : 0 batin Jasmine merana.
🍀🍀🍀
TBC
written by visandra_
11-2-24
insta: sunstory_
mine: vvechic_
KAMU SEDANG MEMBACA
Mixed Signal: Antara Kamu Yang Main-main Atau Aku Yang Tidak Tahu Cara Main
Teen FictionJasmine merupakan siswi tingkat akhir di SMA Diponegoro, selain terkenal karena prestasi dan kecintaanya terhadap alam, gadis berkulit putih pucat itu merupakan penggemar dari seorang Abhumi Zaku yang merupakan pemegang role shooting guard terlama d...