‧₊˚🍀༉‧₊˚.
Kemarin kelas 12 IPS 1 sedikit kewalahan dalam pelajaran matematika wajib. Alasannya sosok yang biasa menjadi panutan mereka untuk membabat rumus sampai habis tidak berangkat. Opsi kedua pun sama. Ember namanya-peringkat kedua dalam kelas itu. Tapi jika kemarin Ember berangkat pun sepertinya tidak akan ada yang berani meminta contekan pada gadis dengan potongan rambut serigala alias wolf cut itu.
Beruntung, hari ini akhirnya keduanya bisa berangkat.
"Huhuu," suara tangis penuh penekanan yang dibuat Kylie langsung menyambut Jasmine kala gadis itu duduk di bangkunya. "akhirnya kamu berangkat. Gila, kemarin kelas rasanya kayak neraka tahu nggak? Bu Endang sendiri kayaknya juga trauma deh masuk kelas ini. Heuungg."
Jasmine yang tidak tahu menahu mengerutkan dahinya. "Coba jelasin, maksudnya gimana deh?"
Kylie pun akhirnya menceritakan kejadian hari kemarin ketika jam pelajaran Bu Endang berlangsung. Juga saat-saat di mana guru yang hampir pensiun itu kerap menanyakan pertanyaan-pertanyaan selagi menulis di papan tulis yang na'asnya justru di jawab guru itu sendiri karena seisi kelas yang tidak tahu harus menjawab apa. Mereka benar-benar blank.
Padahal ketika Jasmine dan Ember berangkat setidaknya satu-dua dari mereka masih ada yang dapat menjawab. Namun entah kenapa kemarin mereka benar-benar kosong melompong.
Tidak hanya mereka yang terguncang, sepertinya Bu Endang juga. Kemungkinan terburuknya guru itu merasa gagal dalam mengajar selama ini.
Kylie berharap semoga yang terakhir itu jangan sampai terjadi.
"Mungkin emang kemarin susah. Nanti belajar lagi aja," Jasmine mencoba menenangkan perasaan sahabatnya.
"Lagian kok kalian bisa barengan sih? Harusnya gantian aja tahu izinnya."
"Ya nggak tahu. Emang Ember sakit juga? Atau izin kenapa?"
"Si seksi absensi kemarin sih bilangnya ada acara keluarga," Kylie mengangkat kedua bahunya. "oh ya, Luca kemarin juga nggak berangkat lagi. Parah sih kalian."
Jasmine menatap bangku Luca yang masih kosong. "Lah kenapa?"
"Sakit juga kata--eh eh itu anaknya dateng," seru Kylie sambil menunjuk-nunjuk Luca yang tengah beradu mulut dengan Ember di depan pintu kelas.
"Sakit dungu," geram Ember yang tergencet di pintu akibat Luca yang tidak mau mengalah ketika memasuki ruang kelas.
"Salah siapa nggak mau gantian," Luca lalu melenggang duluan meninggalkan Ember yang masih misuh-misuh di depan pintu sembari mengusap-usap lengan mungilnya.
Tak lama Ember mengejar Luca. Dan...
Buk
Sebuah botol minum yang terisi penuh mengenai lengan Luca dengan kencang. Pelakunya tak lain adalah Ember. Gadis itu kemudian mengembalikan botol minum itu pada pemiliknya. "Thanks," ucapnya sebelum duduk di bangkunya.
Luca sendiri yang mendapat serangan secara tiba-tiba speechless. Tapi ia bersyukur, paling tidak botol itu mengenai bagian tubuhnya yang "waras", kalau tidak ia tidak mungkin kembali melangkah menuju tempat duduknya dengan tenang tanpa mengacau. Tapi kalau mengacau sasarannya juga sudah jelas. Ember.
"Hai," sapa Jasmine dan Kylie pada Luca yang wajahnya tidak bisa dikatakan santai.
"Oh, hai."
"Eh, itu muka kamu..." Jasmine sengaja menggantung kalimatnya.
Luca meraba wajahnya yang masih tersisa bekas pertarungannya malam kemarin. "oh, ini... jatuh."
"Jatuh? Jatuh dari mana? Langit ketujuh? Sampai babak belur gitu," Kylie terkekeh sendiri dengan ucapannya. Luca pun pura-pura ikut tertawa walau menahan perih setengah mati. Bibirnya robek, memang sialan lawannya kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mixed Signal: Antara Kamu Yang Main-main Atau Aku Yang Tidak Tahu Cara Main
Teen FictionJasmine merupakan siswi tingkat akhir di SMA Diponegoro, selain terkenal karena prestasi dan kecintaanya terhadap alam, gadis berkulit putih pucat itu merupakan penggemar dari seorang Abhumi Zaku yang merupakan pemegang role shooting guard terlama d...