🔱Wisata Masa Kecil🔱

39 6 2
                                    

(Bandung Independet School 13:45)

Terik matahari begitu menyengat,
kini mereka benar-benar suntuk. Memasuki pelajaran ke-5,mereka benar-benar tak mau mengikutinya,
karena apa?

Tentu saja karena pelajaran yang akan mereka lalui adalah salah satu mapel yang mereka benci,apalagi jika bukan Matematika (di kelas Bahas Internasional) dan Tata krama (di kelas Bahasa Nasional).

Ini hanya kelas tambahan,tapi tetap saja semua murid wajib mengikutinya,
tapi apakah mereka murid teladan?
oh tentu saja bukan,lagi pun salah satu dari kami memiliki hak untuk menguasai sekolah ini,ya,sekolah ini adalah milik dari tante Shelya sendiri.

Jadii,mereka bisa berbuat sesuka hati,bukan maksud untuk menjadi murid semena-mena,tapi sungguh disayangkan memiliki teman penguasa sekolah jika disia-siakan jabatannya bukan?

Dan terbukti,kini mereka tengah berdiri tepat di dekat pagar belakang sekolah.Tidak terlalu tinggi,namun cukup sakit jika terjatuh.

Semua berkumpul sesuai dengan kesepakatan yang di janjikan,terkecuali dengan Bella yang memang tengah sakit di Asrama,ditemani oleh Naya yang menjaganya.

"Ini gimana manjatnya anjir,mana bisa kalo langsung di panjat gitu aja?"Nara menggaruk kepalanya yang tak gatal,sambil terus memandangi tembok yang menjulang didepannya.

5 detik setelahnya, Tiara serta Ziva datang membawa pencerahan kepada kebingungan mereka,mereka membawa tangga buatan yang mereka ambil dari gudang sekolah.

"Makanya kalo punya otak tuh dipake,
jangan makanan aja yang lu pikirin."
Ujar Tiara yang tengah susah payah menyandarkan tangga pada tembok.

Renata dan Nana tertawa tertahan,
melihat wajah Nara yang tertekuk lesu.

Nara mendengus sebal " Enak aja lo ngatain otak berlian gue! Gini gini,gue gak pernah nyontek kalo ujian yaa."

"Iyalah,nggak nyontek,orang lo taro hp di dalem baju." Sambung Shelya tiba tiba yang membuat Nara terkejut.
"Shel! Lo kok bisa tau si?!" Ujarnya setengah menjerit. Sedangkan Shelya hanya mengangkat bahunya acuh.

"Bwahahaha" tawa Renata dan Nana seketika pecah melihat komuk Nara yang tak bisa dikondisikan.
Mereka tertawa terbahak-bahak hingga menabok satu sama lain.

"Aduh,woi woiii,kenceng banget lu nabok anying!" Sentak Renata lalu membalasnya,dengan Nana yang tentunya tak mau kalah.

"Huh,hayuuk gelut sama aing,sia jurig,mau cari gara-gara sama aiing?!"
Nana semakin menjadi-jadi.

Dan,kalian tau lah akan sebrisik apa jika mereka beradu mulut sekaligus fisik,tantrum sudah mereka ber-2.

"Bawel banget sih lo pada,mending gue panjat tembok duluan,bye!!" Tiara segera menaiki tangga dan melompat,
disusul oleh Shelya dan yang lainnya.

"Yang panjat terahir,traktir makan siaang!!" Ujar Ziva yang sudah berada di luar tembok sekolah.

Yaah,kini hanya tersisa 2 orang yang sedari tadi tak habis-habis beradu mulut,akhirnya pun mereka berebut untuk siapa yang lebih dulu memanjat.

                     🔱🔱🔱🔱🔱🔱🔱

Tujuan mereka saat ini adalah 'sawah'.
Sekolah elite ini tidak dalam kawasan kota,tidak juga di kawasan pelosok desa. Jadi,bisa dikatakan,sekolah ini jauh dari rumah penduduk desa,dan jauh juga dari gedung-gedung tinggi,
tapi kemegahan sekolah ini sungguh tak tertandingi.

Tak jauh dari gedung sekolah,kira kira dengan jarak 300 meter,terdapat hamparan persawahan yang luas,disertai mata air yang terlihat sangat sejuk menyambung dengan aliran sungai yang juga sangat jernih.

QUINDICESIMA STANZA🔱Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang