Prolog

3.1K 173 2
                                    

Menggosok ujung hidung bangir nya dengan ekspresi pongah di depan lift. Di tangan kanan nya terdapat map coklat yang di berikan pada nya melalui tangan kanan nya. Membuka kenop pintu bercat hitam tanpa mengetuk terlebih dahulu, ia berjalan lancang ke arah sofa di tengah-tengah ruangan. Kaki jenjang nya ia selonjorkan di atas meja kecil di depan sofa, pria tua berambut putih di meja kantor itu menyipitkan mata nya lalu melepas kacamata yang bertengger di hidung nya.

"Jika tidak ingin mengambil pekerjaan itu, akan ku berikan kepada Sepupu mu. Berikan saja pada ku map nya."

Heeseung menghela nafas lalu melemparkan kepala nya ke punggung sofa. Jakun pria itu bergerak naik turun menelan ludah, bayaran untuk pekerjaan kali ini begitu besar. Mana mungkin ia menolak? Namun pekerjaan nya begitu menumpuk akhir-akhir ini.

"Tidak, hanya saja jangan beri aku batas waktu untuk kali ini. Anak itu terlihat seperti berandalan dan keras kepala."

Heeseung mendengar sang Ayah terkekeh, dengan wajah heran ia menatap pria tua itu. Memilih beranjak dari sofa dan berjalan mendekat ke arah satu-satu nya meja kantor di sana. Saat sudah berdiri di hadapan sang Ayah, Heeseung menatap mata itu tajam lalu tersenyum tipis. Pria tua itu ikut menatap mata tajam yang persis seperti miliknya itu seolah paham apa yang akan terjadi setelah ini.

Sret

Senyum kemenangan terpatri di wajah yang lebih muda setelah berhasil mencuri fountain pen dari meja sang Ayah. Memutar fountain pen yang berada di jari nya lalu menaruh nya di belakang telinga dengan santai.

"Akan ku anggap bayaran awal," Kata Heeseung.

Memilih keluar dari ruangan itu dengan abai. Setelah pintu tertutup Heeseung membuka ponsel nya untuk menelfon salah satu anak buah nya. Ia akan langsung ke tempat di mana anak pejudi itu berada.

"Mari kita sudahi permainan petak umpat ini."









to be continued

———

FALLS  |  HEEJAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang