Sudah pukul 9 malam, dua jam lama nya Jake membereskan barang nya dan debu di kamar yang akan ia tempati. Dengan sedikit umpatan yang keluar sebab Heeseung seperti mengerjai nya, sengaja tidak menyuruh maid untuk membersihkan kamar ini. Tubuh nya ia banting ke arah ranjang yang sudah terpasang sprei baru, desahan lega keluar, kantuk nya tiba-tiba datang.
Lengan nya terlentang di ranjang, mata nya sayu sebentar lagi akan menutup. Rambut nya tersapu menutupi mata nya saat kepala nya tumbang ke samping kanan. Jake terlelap dengan cepat, ia bahkan melewatkan makan malam.
"Jake?"
"Aku bersyukur kau hidup nyaman."
"Jake?" Mata nya kembali terbuka, entah apa yang terjadi namun secara alami mata nya memanas dengan air mata yang menggenang di pelupuk mata. Jake memegang leher nya, tidak ada rasa sakit. Namun perasaan sakit mendera dada nya.
"Jake? Maaf, Ibu menyakiti mu. Rasa sakit itu seharusnya untuk Ayah mu." Ia lihat wanita itu menatap nya dengan sedu tanpa berniat menyentuh nya. Jake berlutut dengan nafas terengah sebab ia merasa bingung. Perlahan penglihatan nya buram, Jake seperti kembali tersadar. Ia merasakan mulut nya di masuki sesuatu.
Dengan perlahan ia membuka mata nya memastikan apa ia bermimpi buruk lagi, namun mata nya penuh dengan eksistensi pria itu. Lee Heeseung sedang menatap nya dengan alis yang mengernyit, keringat sebiji jagung muncul di pelipis pria itu. Sembari kedua tangan besar itu yang memegang rahang nya.
"Jake?"
Jake terpaku sebentar saat mendengar pria itu memanggil nama nya, perasaan resah nya luntur perlahan. Jake merasa keringat juga bercucuran di tubuh nya padahal suhu AC cukup dingin. Jake bangkit di bantu kedua siku nya, ia baru sadar jaket zip nya sudah terbuka. Tanpa pikir panjang ia menanggalkan jaket hitam nya menyisakkan kaus singlet berwarna putih.
"Kau sedang apa?" Jake menatap aneh ke arah Heeseung yang menghela nafas sembari mengusak rambut nya frustasi.
"Hah.. kau, cepat bersihkan tubuh mu lalu turun ke bawah. Jangan sampai melewatkan makan malam."
Setelah mengatakan itu Heeseung keluar begitu saja, membuat Jake mengedikkan bahu acuh dan berjalan ke arah kamar mandi. Jake menatap wajah nya di kaca wastafel sebelum memasuki bilik kaca shower besar di sana.
———
Menuruni tangga dengan santai, Jake melihat Heeseung suda menyantap makan malam nya lebih dulu. Tatapan kedua nya bertemu, yang lebih tua memilih memutuskan pandangan nya lebih dulu.
"Maaf, aku tidak bermaksud mengulur waktu."
"Duduk lalu makan," Heeseung berujar santai.
Jake menurut tanpa membantah, dengan cepat ia menyantap chicken katsu ydi hadapan nya. Wah, perasaan menyenangkan ketika memakan makanan yang lezat. Jake mengangguk-anggukan kepala tanpa sadar. Lalu tiba-tiba ia mengingat sesuatu.
"Apa yang kau lakukan saat aku tertidur?"
"Memberi mu nafas buatan."
Uhuk!
Jake tersedak air minum yang baru saja membasahi kerongkongan nya, ia mengusap dagu nya lalu menatap pria itu. Jake tidak bisa marah, sebab ia juga tidak tau apa yang terjadi. Apa Jake bermimpi buruk lagi? setelah hari itu.
"Agar apa?!"
"Kau mengeluarkan keringat begitu deras, lalu nafas mu memburu. Bagaimana aku tidak khawatir?"
"Ini kedua kali nya aku bermimpi seperti itu."
Heeseung menatap lekat wajah manis itu, ekspresi mata yang bingung. Dengan mulut yang menggembung, mengunyah pelan makanan nya. Entah hal apa yang terjadi sebelumnya di kehidupan anak itu, Heeseung sedikit nya penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
FALLS | HEEJAKE
Fiksi PenggemarSelama menjalani pekerjaan nya sebagai direktur utama di sebuah perusahaan hiburan. Lee Heeseung tiba-tiba di beri petuah untuk menemukan anak dari seorang pejudi yang memiliki hutang kepada sang Ayah. Siapa sangka diri nya akan kewalahan menghadapi...