Jake melotot terkejut saat pria dewasa yang sedang mengukung nya, melepas ikat pinggang di ikuti suara resleting yang turun. Ia dengan susah payah menelan ludah nya.
"Apa yang-"
"Berapa umur mu ditahun ini?" Jake enggan menatap manik itu apalagi menatap ke arah bawah, yang ia lakukan hanya memandangi dinding di belakang kepala Heeseung.
"Dua puluh satu..." Gumam nya lirih, bola mata nya bergerak risau mengikuti pergerakan yang lebih tua.
Srek
"Paman!"
Tubuh Jake melayang dan sepersekian detik mendarat di atas meja makan. Tubuh nya di kukung, dengan wajah yang total memerah ia berdeham. Tangan nya sibuk mendorong bahu Heeseung.
Ctaaarrr
Kedua nya sama terkejut nya hanya saja Heeseung terlihat lebih tenang di banding Jake yang terlonjak di tempat duduk nya. Bunyi gemuruh petir di luar begitu kencang. Reflek tangan Jake meremas kuat bahu pria yang lebih tua.
Heeseung yang merasakan Jake ketakukan membawa tubuh itu ke dalam gendongan ala koala. Kedua nya lantas memasuki kamar, Heeseung meletakan Jake dengan pelan di tengah-tengah ranjang.
"Tunggu sebentar," Ujar Heeseung.
Jake menatap punggung lebar yang sedang menatap keluar jendelan sebelum menutup nya rapat. Mematikan lampu kamar digantikan dengan cahaya dari luar jendela. Bahu Jake berjengit saat ia rasakan semilir angin sebab piyama tidur nya merosot di bagian bahu kiri.
Ia melirik ke arah pria dewasa yang berdiri di sisi ranjang, tubuh kekar nya sudah tidak terbalut apapun. Jake menelan ludah nya merasa seperti di sihir, diri nya mendongak menatap sayup ke arah Heeseung.
"Ada apa dengan tatapan itu?"
"Huh? Aku kenapa memangnya?"
"Air liur mu menetes."
Jake dengan cepat menunduk dan mengusap dagu nya. Saat tersadar telapak tangan nya tidak basah ia lantas mendongak dengan alis yang mengerut, belum sempat ia protes bibir nya sudah di bungkam oleh yang lebih tua.
"Hummp—"
Tangan nya reflek meremas kencang rambut belakang milik Heeseung saat tubuh nya ditidurkan di ranjang. Jake dengan cepat menarik kencang rambut itu sampai sang empu meringis dan balas menggigit bibir bawah Jake sembari menarik nya.
"Hey!! Bwerhen-akh!"
Nafas yang lebih muda terengah setelah berhasil melakukan pembrontakan, Heeseung hanya terkekeh saat mata itu menatap tajam ke arah nya. Heeseung menuntun Jake untuk duduk di sisi ranjang dengan ia yang membungkukan tubuh nya sembari menaruh kedua lengan nya di sisi kiri dan kanan tubuh Jake.
"Temui Ibu mu sebelum kita kembali ke Korea."
"Bolehkah aku menetap lebih lama untuk sementara di sini?" Ujar Jake sedikit memohon, dengan jarak sedekat itu tatapan yang lebih tua langsung tertuju ke arah bibir plum di depan nya.
"Tidak, itu akan menyulitkan bagi ku."
Tanpa tau maksud dari ucapan yang lebih tua itu Jake hanya menghela nafas, lantas terkejut saat hidung bangir Heeseung menyentuh leher kanan nya.
"T-tunggu.. mhmm.."
"Hah.. kau bisa tidur lebih dulu."
Jake menelan ludah nya sembari tangan nya menaikan piyama nya yang turun di bahu kanan. Pandangan itu tak luput dari tatapan Heeseung, lagi. Dengan kurang ajar ia tegapkan tubuh nya, ibu jari nya mengusap lembut pipi hingga bibir itu. Jake membuka mulutnya dengan alis mengernyit saat ibu jari yang lebih tua masuk ke dalam mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FALLS | HEEJAKE
FanfictionSelama menjalani pekerjaan nya sebagai direktur utama di sebuah perusahaan hiburan. Lee Heeseung tiba-tiba di beri petuah untuk menemukan anak dari seorang pejudi yang memiliki hutang kepada sang Ayah. Siapa sangka diri nya akan kewalahan menghadapi...