13

405 35 2
                                    

"GAK!!"

Dengan lantang seorang wanita dengan dress merah maron berdiri mencuri perhatian semua orang.

Gracio yang melihat itu berdiri dan melotot tajam ke arah wanita tersebut. "Masih berani kamu menginjak kaki ke hadapan ku REVA!"

Dengan badan tegapnya ia berjalan penuh amarah menuju ke arah Reva.

"Keluar sekarang!!" Dengan nada rendah namun tegas Gracio mengusir Reva.

"Kalau gak mau gimana?" Kini Reva menodong pistol Glock Meyer 22 ke arah jidat Gracio.

Suasana menjadi riuh,seluruh orang di ruangan panik semua keamanan disana dengan sigap menodongkan pistol ke ara Reva. "Jangan ada yang bergerak atau saya tarik pelatuk piatol ke arah orang tua ini" Ucap Reva sombong. Gracio yang tidak siap dengan situasi ini menelan salivanya.

"Kamu jangan berani-berani Reva atau saya aka-"

"Akan apa? Akan ledakkan bom ini??" Dengan senyum villain Reva mengeluarkan bom waktu yang ia simpan di dalam tasnya. Suasana makin ricuh tangis wanita-wanita menggema di aula tersebut.

"WAHAHAHAHA" Tawa Reva menambah suasana ngeri.

"CUKUP REVA!!" Suara bass tersebut berhasil menghentikan tawa kejam Reva. "Apa mau mu? Aku akan turuti, apapun itu" Tanya Aran

"Apapun?" Tanya Reva kembali.

Aran hanya mengangguk. "Kamu Ran, aku mau kamu menjadi milikku seutuhnya"

Suasana hening tidak ada jawaban dari Aran.

"Sorry gw gak bisa Rev"

Tatapan Reva berubah sendu wajahnya ia tundukkan.

"Lu gak mencinta-"

"Gw CINTA RAN"

"Gakk REVA. Lu terobsesi dengan gw. Kalau benar lu cinta sama gw, lu harusnya bisa hargai perasaan gw. Cinta itu bukan suatu hal yang bisa dipaksa kalau dipaksa hasilnya bakal rusak Rev."

Suasana kembali hening hanya terdengar isak tangis dari Reva punggungmya bergetar. Ia menyesali perbuatannya tidak ada yang bisa dilakukan cepat atau lambat bom waktu itu akan meledakkan satu gedung hotel tersebut.

"Hiks.. g-gw minta maaf Ran. Gak seharuanya gw ngelakuin semua ini tapi.. gak ada cara menjinakkan bom ini."

Mendengar itu orang-orang kembali panik pikuk suara orang-orang disana menggema

Tit

Tit

Tit

Bunyi itu menandakan sebentar lagi bom akan meledak.

00.05

00.04

00.03

00.02

00.01

Dengan tangkas Aran merebut bom tersebut dan memeluknya dengan posisi tengkurap.

1 detik

2 detik

3 detik

Tak terjadi apa-apa semua bingung.
Tak lama pintu aula terbuka menampakkan sosok pria berkacamata hitam berjalan santai ke arah Aran.
Membantunya berdiri. "Gw yang udah sabotase bomnya, makanya gak meledak"

"Ma-makasih Le"

Sudut bibirnya terangkat Leo sudah tau rencana busuk Reva sedari awal dan ia juga tau konsekuensi yang bakal ia dapatkan. Leo yang masih punya hati nurani memilih untuk menyabotase bom tersebut karna ia takut Chika akan kena dampaknya walaupun pada akhirnya Leo tak bisa mendapatkan hati Chika setidaknya ia tak pernah melukai Chika.

Berbeda dengan Reva ia sosok yang akan melakukan apapun demi mendapatkan pujaan hatinya tersebut termasuk mencelakai dirinya sendiri.

Seperti biasa bak polisi india yang selalu terlambat Reva ditangkap dan ditahan.

Ijab Qabul kembali dilaksanakan.

"Sah?"

"SAH!!" Perasaan bahagia kembali datang di ruangan tersebut.

Kini Chika dan Aran resmi menjadi sepasang kekasih.

TAMAT

COUSIN (CHIKARAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang