Antara Mayor Rendy dan (Namakamu) sama-sama masih saling teringat walau hanya sekian detik hal tersebut terlintas diingatan.
Namun tuntutan tugas membuat Mayor Rendy tidak ingin berlarut untuk menanggapi setitik rasa yang hinggap di hatinya.
Hingga tak terasa hari berganti dengan cepat, saat pemilu telah usai terlaksana 2 minggu yang lalu sampai saat ini euphoria terpilihnya Presiden RI masih dirasakan.
Tentunya euphoria itu tidak selamanya tinggal di hati (Namakamu). Pemilu memang istimewa untuk menyambut masa depan negara, namun tiada hari istimewa baginya kecuali hari dimana dia berbicara dengan Pak Mayor Rendy.
Setelah (Namakamu) tau letak rumah Pak Prabu. (Namakamu) berusaha untuk melewati arah lain menuju rumahnya. Dirinya sadar, jika terus-terusan terlihat lewat sana oleh ajudan yang tahu bahwa dia penggemar Pak Prabu (juga Pak Mayor Rendy) hanya akan di cap mencari perhatian.
Sore ini (Namakamu) pulang menuju kosan dengan rute komplek yang lain. Sebenarnya sepulang kerja, dia telah membersihkan diri dan berdandan sebab dia akan bermain dengan Namira. Akan tetapi dengan tiba-tiba Namira membatalkan untuk urusan perkuliahannya.
Tentunya dia hanya bisa mengiyakan dan meyakinkan bahwa dirinya tidak apa-apa kepada Namira. Karena baginya, pendidikan Namira itu lebih penting. Beruntungnya Namira biasa merasakan pendidikan di perguruan tinggi.
Suasana sore hari yang sedikit mendung membuat udara menjadi lebih sejuk dari biasanya.
'Mungkin do'a orang jomblo dimalam minggu ini akan terkabulkan' gumam (Namakamu).
Dengan menunduk, (Namakamu) terus berjalan hingga tanpa sengaja menabrak tubuh seorang pria dan hampir terjatuh jika tangan seseorang itu tidak menahan tubuh (Namakamu)
"Ya ampun, maaf saya tidak sengaja Pak..." kata-kata yang akan (Namakamu) lontarkan terputus.
Bagaimana tidak, tepat dihadapannya terdapat orang yang sebenarnya masih terngiang dalam pikirannya. Momen mimisan, ponsel yang terbawa, dan konten tentang pria itu yang merajalela disosial media adalah penyebabnya.
"Kamu gak papa?" ucap Mayor Rendy.
Ya, pria tersebut adalah Mayor Rendy yang sama kagetnya dengan (Namakamu). Jarak yang terlalu dekat antara keduanya membuat canggung, sehingga (Namakamu) memutuskan untuk menjauh dari Mayor Rendy.
"Iya Pak. Makasih sudah nolong saya, dan maaf juga sudah menabrak." ucap (Namakamu) menunduk tidak berani menatap Mayor Rendy karena jantungnya yang berdetak tidak karuan.
Yang tidak diketahui oleh (Namakamu) adalah entah bagaimana Mayor Rendy merasakan hal yang sama. Sehingga dia hanya menatap (Namakamu) dan bingung harus apa.
Dengan menarik nafas agar tetap terlihat santai dia bertanya, "Kamu mau kemana (Namakamu)??"
"Bapak masih inget nama saya?"
Malu seketika dirasakan oleh Mayor Rendy. Bisa-bisanya dia masih ingat nama gadis random dari banyaknya gadis yang dia temui.
'Duh bisa-bisanya, apa yang akan ada dipikiran gadis itu jika tau saya bahkan masih mengingat wajah lucunya yang memelototi temannya' ucap Mayor Rendy dalam hati.
"Itu.. hmm kamu jawab aja mau kemana." ucap Mayor Rendy sedikit gugup.
Dengan sedikit merasa aneh (Namakamu) hanya menjawab, "Saya mau pulang Pak."
Kemudian perasaan canggung kembali hadir, hingga (Namakamu) memutuskan untuk pamit karena lokasi kosan yang masih cukup jauh dan takut keburu hujan.
"Kalau begitu saya permisi Pak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Love
FanfictionDi kehidupan ini apa yang kita inginkan hanya sekian persen bisa menjadi kenyataan. Dan keinginan yang tidak bisa terwujud itu dapat kita tuangkan dalam sebuah cerita. Alternative Universe by dearmywish