Hari ini seperti hari Selasa pada umumnya, waktu istirahat tentunya banyak dihabiskan di luar kelas. Anak laki-laki bermain bola, beberapa lainnya lebih memilih beristirahat di bawah pohon, sembari menikmati sapuan angin siang hari.
Berbeda hal dengan Nao, kebanyakan anak perempuan akan menghabiskan waktu di kantin atau di perpustakaan, ia lebih memilih di ruang musik.
Menurutnya, hanya tempat ini ia bisa menjadi dirinya sendiri.
Berbekal peniti dan pengetahuan membobol pintu dari film, Nao berhasil membuka gembok ruang musik dan membuka pintunya, aroma kayu lapuk langsung menyambutnya tatkala langkah pertama ia memasuki tempat itu.
Pengap.
Ruangan ini sudah lama tidak terpakai, sayang sekali.
Perlahan Nao menutup kembali pintunya, dan berjalan perlahan mendekati sebuah benda yang ia tahu adalah piano tua.
Nao menyibak kain putih yang menutupi piano berwarna cokelat tua, Nao mencoba memencet satu not, untungnya masih berfungsi.
Nao mengambil kursi dan duduk di depan piano, tangannya bergerak lincah seiring nada-nada yang mengalun membentuk sebuah musik, The Four Seasons - Winter in F Minor, karya seorang komponis asal Italia, Antonio Vivaldi.
Ia benar-benar menghayati permainan pianonya sampai tidak sadar ada seseorang yang memperhatikannya dari jendela, seorang pemuda bernetra heterochromia.
Insting Nao cepat merespon, Nao menoleh dan mendapati pemuda itu tengah melihatnya, kemudian menuliskan kalimat dari jendela yang berdebu.
'Aku mendengar suaranya.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Koishiteru
Teen FictionKetika kata tak bisa diucapkan, hanya isyarat yang ia tunjukkan. ──── Semestanya membisu. Ia kerap dirundung kelabu. Kala satu suara datang menyapa rungu, dan dunianya mulai mendapat warna baru. Akan tetapi ada satu yang ia tidak tahu, bahwa setiap...