{ 03 } STORY NOTES 💙

55 2 0
                                    

✼  ҉  ✼  ҉  ✼ ✼  ҉  ✼  ҉  

BECAUSE YOU AND COFFE

Hari ini Xiao Zhan sudah berjanji dengan Zhao Lusi untuk menonton pertandingan basket bersama di kampusnya. Setelah menyempatkan diri untuk menempelkan satu sticky notes di loker Wang Yibo terlebih dulu seperti biasanya, Xiao Zhan pun segera bergegas untuk menemui Zhao Lusi di tempatnya menunggu. Bukan karena takut terlambat atau takut tidak mendapat tempat di bangku barisan penonton. Melainkan semua itu karena Zhao Lusi yang sedari tadi terus saja mengganggunya. Padahal masih ada sisa waktu satu jam lagi sebelum pertandingan itu dimulai. Namun, Zhao Lusi terus menerus merecokinya seolah-olah ia sudah terlambat lebih dari lima jam lamanya dari waktu yang ditentukan. Lalu dengan sengaja membiarkannya duduk menunggu sendirian di bangku barisan penonton seperti orang bodoh. Bahkan Xiao Zhan sampai menemukan sudah lebih dari sepuluh kali panggilan masuk yang tak terjawab dari Zhao Lusi di ponselnya. Yang benar saja. Jadi, siapa yang keterlaluan sekarang?

"Aku akan pergi ke sana sekarang, Zhao. Kau berisik sekali!" Xiao Zhan langsung buru-buru mematikan ponselnya. Lalu memasukkan ponselnya kembali ke dalam tas setelah akhirnya sempat berhasil menjawab telepon dari Zhao Lusi yang ke-15 kalinya itu. Ia pun juga harus segera pergi dari sana secepatnya. Sebelum ada seseorang yang melihatnya sedang berada di depan loker si pria idola dan populer di kampusnya itu. Bahaya besar jika ada seseorang yang melihatnya. Bisa-bisa ia malah dituduh sebagai seorang pencuri. Atau bagian terburuknya menjadi bulan-bulanan dari para penggemar fanatiknya.

"Semoga dia masih mau membacanya," gumam Xiao Zhan singkat. Setelah memastikan semuanya aman, Xiao Zhan pun segera bergegas meninggalkan area lorong loker itu. Tak lupa sambil membawa sekantung cup ice coffe. Satu pesanan Zhao Lusi dan satu lagi miliknya sendiri yang sudah dibelinya tadi.

Namun, skenario yang terjadi selanjutnya adalah sungguh di luar dugaan Xiao Zhan. Setelahnya, ia malah bertabrakan dengan si pria idola dan populer yang telah diidamkannya sejak lama. Bagaimana bisa? Semuanya terjadi begitu cepat. Entah bagaimana awalnya, rasanya seperti setengah bermimpi. Keduanya jatuh terduduk di atas lantai hampir bersamaan. Hanya saja Xiao Zhan yang lebih sial. Karena sekantung cup ice coffe yang dibelinya tadi semuanya tumpah tak bersisa dan mengotori lantai lorong koridor di sekitarnya. Sebuah insiden pertemuan yang cukup memalukan. Bahkan karenanya ia tidak bisa marah ataupun ingin membalas memakinya. Karena ia sadar tengah berhadapan dengan siapa. Xiao Zhan justru malah terdiam menatap si pria populer itu. Yang ketampanannya memang luar biasa persis seperti kata orang-orang yang pernah melihatnya dari dekat.

"Eh! Maaf. Aku benar-benar tidak sengaja," ucap si pria populer itu. Tentu saja yang dimaksud pria populer itu adalah Wang Yibo. Xiao Zhan baru tersadar dari imajinasinya setelah mendengar suara Wang Yibo yang merdu menyapa telinganya. Xiao Zhan segera bangkit berdiri dari posisinya yang memalukan itu. Setelahnya, ia menatap nanar ke arah lantai lorong koridor yang sangat kotor penuh dengan bekas tumpahan air kopi miliknya sekarang.
"Hah! Gawat! Pasti Zhao Lusi akan mengomel panjang lebar," batin Xiao Zhan ngeri. Ia bahkan hampir melupakan Wang Yibo yang masih berdiri terdiam menatapnya.

"Eh! Maaf ... maaf. Tidak apa-apa. Aku juga salah karena tadi aku terburu-buru." Setelah mendapatkan kesadarannya kembali Xiao Zhan buru-buru meminta maaf pada Wang Yibo. Ia tetap mengalah dan tak ingin mempermasalahkannya. Lagipula semua itu tanpa disengaja. Dan apalagi semua itu juga karena Wang Yibo. Karena insiden kopi tumpah ini akhirnya Xiao Zhan bisa memiliki kesempatan untuk berbicara dengannya. Walaupun dalam keadaan yang tidak selayaknya seperti saat ini.

Wang Yibo hanya mengangguk pelan mengiyakan sembari memandang wajah Xiao Zhan. Diam-diam menyusuri setiap inchi wajahnya. Yang pertama kali muncul di dalam kepalanya adalah kenapa pria ini begitu cantik? Ya, meskipun tak secantik gadis kebanyakan yang selalu wara wiri menebar pesona dihadapannya setiap hari. Tapi, sebagai seorang pria memiliki wajah secantik dirinya adalah sesuatu yang istimewa. Dan yang terpenting adalah pria ini sangat manis. Kelewat manis. Kulitnya putih mulus, rambutnya hitam gelap, bibir yang mungil ditambah dengan mole yang ada di bawah dagu sebelah kirinya, juga sepasang mata rusanya yang indah. Perpaduan yang begitu sempurna. Tapi, siapa? Sayangnya Yibo pun juga tidak mengenalinya. Siapa sebenarnya pria manis yang berdiri dihadapannya ini? Bisa dibilang, ia tidak tahu sama sekali jika ada pria semanis ini di kampusnya.

"Sepertinya aku perlu mengganti ice coffemu yang sudah tumpah itu. Kapan aku perlu menggantinya? Apa kau mau sekarang?" Yibo ikut beralih menatap lantai lorong koridor dengan bekas dua cup ice coffe yang telah tumpah berserakan di dekatnya. Ya, ia memang perlu menggantinya dan juga karena ia sendiri merasa tidak enak pada pria manis yang tidak ia ketahui namanya itu.
"Ehm ... sebenarnya itu milik temanku. Aku memiliki janji untuk bertemu dengannya sebentar lagi. Tapi, bahkan ini sudah sangat terlambat. Sepertinya tidak ada waktu lagi untuk membeli yang baru," sesal Xiao Zhan. Ia juga tidak mungkin berbohong. Bahkan ia bisa membayangkan bagaimana kemarahan Zhao Lusi nantinya. Tidak hanya itu ia juga harus bersiap mendengar omelan Zhao Lusi yang seperti kereta api berjalan tanpa rem itu.

"Kita bisa. Ehm ... maksudku, kau dan aku bisa membelinya di cafetaria bersama. Bagaimana menurutmu? Apakah tidak masalah?" Tentu saja tidak masalah. Selama itu adalah tentang Wang Yibo. Ditambah karena kopi di cafetaria itu pasti rasanya jauh lebih enak dan jauh lebih mahal harganya. Dan tentu saja Xiao Zhan tidak akan menolak jika itu adalah pemberian dari Wang Yibo sendiri.
"Eh! Tidak apa-apa. Tidak perlu menggantinya. Itu bukan masalah besar," jawab Xiao Zhan berpura-pura berbohong. Padahal ia tahu jika Zhao Lusi adalah si maniak kopi. Jika ia tidak bisa membawakan kopi itu dengan selamat, Xiao Zhan yakin ia pasti akan dikurung di dalam kamar mandi kampus hari ini. Walaupun sebagai gantinya ia berhasil mendapat kesempatan untuk mengobrol dengan Wang Yibo, pujaan hatinya.

"Tidak. Aku akan tetap menggantinya. Kau mau menunggu di sini? Atau kita pergi ke cafetaria bersama?" Xiao Zhan terpaku di tempatnya. Ia tidak bisa berpikir jernih, lidahnya kelu, sampai ia tidak bisa berkata-kata lagi. Yibo yang tak sabar menunggupun akhirnya meraih tangan Xiao Zhan. Lalu menggandengnya pergi menuju cafetaria yang tak jauh dari kampusnya. Gila! Jantung Xiao Zhan rasanya ingin melompat dari tempatnya saat itu juga.

"Oh Tuhan ... apakah ini mimpi? Jika iya, biarkan saja. Tolong jangan bangunkan sekarang."

•÷•÷•÷•÷•÷•÷•÷•÷•

Dengan senyum lebar Xiao Zhan memasuki area lapangan basket setelah sebelumnya berhasil menemukan Zhao Lusi dari kejauhan. Ia lalu berjalan menuju ke bangku barisan penonton sambil membawa sekantung cup ice coffe di tangannya. Menyusul Zhao Lusi yang kini sedang menatap marah padanya sejak ia melambaikan tangan ke arahnya beberapa menit yang lalu. Dan benar saja, begitu sampai dihadapannya, tanpa aba-aba Xiao Zhan langsung mendapat omelan pedas.
"Xiao Zhan! Kau ini benar-benar menyebalkan! Kau sudah sangat terlambat! Aku sudah lama menunggumu! Tapi kau malah berjalan dengan santai! Kau harusnya ...." Xiao Zhan langsung menyodorkan satu cup ice coffe pesanan milik Zhao Lusi tanpa ingin mempedulikan omelannya lagi. Membuat si pemiliknya mengernyit heran. Kopi dari cafetaria? Tentu saja. Dilihat dari kemasannya saja itu terlihat mahal. Tidak seperti kopi yang biasanya ia beli. Karena itu ia hampir tidak pernah membeli kopi di cafetaria karena tidak cocok dengan isi dompetnya.

"Xiao Zhan. Kau punya banyak uang? Bukankah ini kopi dari cafetaria? Tadi kau bilang ingin membeli kopi di kedai kopi seberang jalan saja, kan?" Zhao Lusi melayangkan pertanyaannya yang bercampur protes.
"Coba tebak ...." jawab Xiao Zhan dengan ekspresi misteriusnya. Membuat Zhao Lusi terheran-heran melihatnya. Dan mau tak mau ikut menebaknya.
"Xiao Zhan. Jangan bilang kau sudah mencuri ...." Xiao Zhan langsung memukul pelan lengan Zhao Lusi karena menuduhnya sembarangan.
"Lalu darimana kopi cafetaria ini, Zhan Zhan?" Zhao Lusi mulai gemas dengan tebakan Xiao Zhan kali ini.

"Aku tidak mencurinya, Zhao. Aku mendapatkannya dari ... Yibo. Wang Yibo. Si pria idola dan populer itu. Hebat, kan?" Xiao Zhan mengakhiri ceritanya dengan tertawa lepas saat melihat Zhao Lusi yang terbatuk-batuk karena tersedak minuman kopinya sendiri. Jawaban yang ia dengar dari Xiao Zhan kali ini benar-benar seperti petir di siang bolong baginya. Xiao Zhan tak heran. Ia tahu Zhao Lusi pasti akan bereaksi seperti ini saking kagetnya.

"Maafkan aku, Zhao ... akan aku ceritakan padamu nanti. OK?" sambung Xiao Zhan menahan tawa sambil mengelus pelan punggung Zhao Lusi untuk meredakan sedikit batuknya. Tiba-tiba saja Xiao Zhan kembali teringat insiden kopi di lorong koridor tadi. Senyum secerah pelangi kembali melengkung sempurna di wajahnya. Malam ini Xiao Zhan pasti akan bermimpi sangat indah. Tak apa walaupun untuk itu ia harus jatuh berkali-kali lebih dulu.

"Hey cupid ... sepertinya sihirmu mulai bekerja. Kurasa."

✼  ҉  ✼  ҉  ✼ ✼  ҉  ✼  ҉  

Februari,2024

SECRET ADMIRER BESIDE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang