Ada keluh apa hari ini?
Aceh, 1898
Kilatan cahaya dari setiap senapan tentara tergambar jelas di depan mata. Ricuh suara senjata perang yang beradu menjadi lantunan setiap waktu. Suasana seram ini sangat tidak enak untuk disaksikan terlalu lama. Mataku masih selalu tidak percaya dengan semua ini.
Teriakan semangat sahut menyahut. Kepulan asap dan debu leluasa menari di udara. Rasanya jika aku berada di tengah sana ... langsung menuju ilahi tanpa menunggu waktu yang lama. Mendengar suara-suara ini saja badanku bergetar namun, aku harus terus membiasakan diri di sini.
Aku lantas mengalihkan pandangan pada seseorang yang ada di sebelah ku, seorang pejuang yang tangannya berselimutkan dengan darah. Ia tidak menampilkan wajah sakit namun, tergambar jelas kobaran semangat pada iris mata cokelat miliknya.
Aku mulai membersihkan lukanya dengan rasa yang masih sama saat aku menginjakkan kaki di situasi berkecamuk ini, ngilu yang bercampur dengan sedih yang sulit untukku bendung. Ku bubuhi lukanya dengan racikan herbal yang diracik Ummi, lalu aku lilitkan potongan kain cokelat dengan rapi di lengannya.
"Terima kasih, Ayie." ucapnya langsung berdiri dan mengambil Kelewang lalu berlari dengan gagah berani.
Aku hanya perawat UGD biasa di rumah sakit ternama di Jakarta. Entah sejak kapan aku terbiasa melihat darah namun, aku masih belum terbiasa dengan kejutan dari senapan serdadu Belanda yang membabi buta. Aku masih tidak percaya aku bisa terlibat dengan hal yang aku rasa sangat tidak masuk diakal ini.
***
Ayie Salima
Hai, Bum
Apa kabarnya?
Bersua kembali hari ini. Mari tumpahkan keluhmu di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Datang lalu Pergi || Usai✅
Short StoryDatang dan pergi perihal yang pasti. Hidup tak luput dari datangnya bahagia lalu perginya luka ataupun datangnya luka lalu perginya bahagia. Kolerasi antara datang lalu pergi akan hinggap dalam setiap goresan cerita. Story idea : Bumi, 28 Maret 2023