Apakah ada tangis hari ini?
Akhir-akhir ini selain membantu Ummi aku disibukkan dengan bertemu dengan Edwin. Menceritakan sedikit keluh padanya cukup membuatku lega. Ia begitu fasih dalam menggunakan bahasa Indonesia. Terlebih aku sangat suka pada permainan biolanya.Walaupun melodi candu milik Dokter Jun jauh lebih menentramkan hatiku. Setidaknya aku masih bisa mendengarkan alunan musik di sini. Setelah berminggu-minggu aku merasakan suara pecahnya peperangan. Edwin Hubble ini seperti diriku ya ... ia juga bisa mengimbangi leluconku.
Padahal dari segi apapun aku bukan sekelas dengannya. Entah kenapa seperti pernah tinggal di tempat yang sama. Hari ini aku habiskan dengan menceritakan kelucuan Huyai yang selalu ketakutan dengan hantu, gadis satu itu jika malam sudah tiba seperti tak punya nyali. Hanya bisa menetap dalam bilik kamarnya.
Tertawa bersama Edwin melepaskan kecemasanku. Entah mengapa hari ini ia terus menatapku. Apakah ia selalu seperti ini? Aduh, jantungku tidak bisa diajak kompromi. Siapa yang dilihat pria tampan seperti Edwin tidak akan nervous? Aku rasa kalian juga akan merasa hal yang sama sepertiku. Lalu aku memutuskan untuk pulang.
"Sampai jumpa, Ayie!" Ia berseru sembari mengayunkan tangan kanannya, dimple miliknya terukir indah.
"Kau betul-betul bukan, Ayie."
***
Malam merangkak dan sepi mulai mengitari. Aku masih terjaga, banyak pasien yang harus aku rawat di sini. Setalah lewat sekian puluh menit kaki ini membawaku pada belakang bangunan kayu. Melihat bulan di sini memang yang terbaik. Dengan situasi kacau begini hewan malam masih sibuk menyanyikan lagunya.
Jika kupandangi Nabastala hitam pekat di sana, masih ada kerlip bintang. Masih bisa rupanya ia berfungsi kala negaraku diserang membabi-buta akan penjajahan ini. Dosa apa yang aku lakukan hingga aku bisa sampai di masa ini? Masa yang sangat tidak adil untuk banyak jiwa tak bersalah.
Teringat akan senyum manis Ummi dan saudara-saudara Ayie di sini. Mereka membuatku tidak merasakan yang namanya kesepian. Walaupun didera dengan kenyataan jika aku harus hidup di dunia ini setidaknya masih ada orang yang mendampingi. Tubuh Ayie tidak seperti tubuhku yang mudah lelah dan harus banyak istirahat.
Terkadang aku benar-benar merasakan hidup ketika berada dalam tubuh Ayie. Tidak dapat dipungkiri jika wajahnya sama denganku, tapi aku lebih tau jika tubuhku tidak sehat seperti Ayie. Ayie bahkan bisa melakukan kerja berat serta bisa berlari cukup jauh. Jika ini tubuhku, sudah hambruk dan dilarikan ke UGD seperti saat aku masih SMP dulu.
Kupandangi lagi rembulan yang masih bersinar terang. Semak di depan sana bergoyang! Aku tidak takut lagi dengan hantu kala ini, aku lebih takut jika itu serdadu Belanda. Langkah kakiku mengajak untuk kembali, tapi mata ini menetap. Persetanan sudah! Aku masih ingin hidup.
Daripada aku harus was-was tidak menentu lebih baik aku masuk saja. Ummi pasti sudah menungguku. Besok masih banyak yang harus diselesaikan. Belum lagi aku ingin memberikan sesuatu untuk Edwin, barang penting Ayie itu adalah jawaban untuknya. Perlahan aku berjalan dan manarik pintu kayu.
Namun, belum saja aku menyelesaikan tugas itu. Leherku serasa tercekat terasa air sedikit hangat mulai mengalir. Ku pegang leherku lalu menoleh ke belakang. Biadab! Serdadu sialan ini datang lagi! Ia membawa kelewang yang sudah meneteskan darah. Akan aku pastikan kau menerima balasannya di akhirat. Seperkian detik badanku berdentum menyentuh tanah.
Selamat tinggal Ummi, Abi, Huyai. Terima kasih telah menggoreskan warna dalam hidup singkat ku ini. Mungkin takdirku bukan di sini. Semoga kalian menemukan keadilan dan kebahagiaan. Aku sayang kalian, maaf tidak bisa berkata terus terang. Maaf jika aku hanya membuat harapan pada kalian. Karena Ayie sudah jauh lebih lama pergi.
Hai, Bum!
Apa kabarnya?
Malam ini sudahi tangismu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Datang lalu Pergi || Usai✅
Short StoryDatang dan pergi perihal yang pasti. Hidup tak luput dari datangnya bahagia lalu perginya luka ataupun datangnya luka lalu perginya bahagia. Kolerasi antara datang lalu pergi akan hinggap dalam setiap goresan cerita. Story idea : Bumi, 28 Maret 2023