06. Keraguan

16 3 1
                                    

Jeje melompat-lompat antusias. Membuka lemari dan mengeluarkan banyak pakaian dari sana. Cewek itu juga membuka laci meja riasnya, memilih segala bentuk jenis make up serta brush. Raya sebentar lagi akan datang, dia sudah suruh cewek rambut pendek itu buat keramas dan mandi pakai kembang. Tapi tidak jadi karena Raya keburu mengomel, akhirnya dia suruh buat mandi sampai wangi saja.

Dia berdiri menghadap kasurnya, mengangkat satu persatu baju yang sekiranya cocok dan menawan apabila Raya kenakan.

"Bukan," katanya menggeleng meletakkan baju yang kurang bagus di sebelah kiri.

"Ini juga bukan,"

"Hmmm... ini lumayan tapi.. nggak,"

"Ini oke sih, tapi too much.."

"Ini.. jelek,"

"Gue baru sadar pernah beli baju ini?"

Begitulah kira-kira kalimat yang Jeje ulang-ulang saat memilihkan baju untuk Raya sampai pas. Alasan utama kenapa Jeje se-antusias ini karena dia memang suka mempercantik dirinya dan orang lain. Seperti ada kepuasan sendiri. Cita-cita kecilnya juga mau jadi designer yang merangkap sebagai make up artist. Jadi dia pelan-pelan belajar make up sampai skillnya sebagus sekarang. Sedihnya, cewek itu nggak bisa gambar. Pernah sekali dia coba design baju, hasilnya malah ditertawakan oleh keluarga besarnya. Kata mereka, Jeje lebih cocok jadi modelnya ketimbang jadi perancang busananya.

Iya, sih.

"NAH!" seru Jeje puas. Senyumnya merekah lebar kala menemukan pakaian yang menurutnya cantik untuk Raya pakai.

"Jessicaaa, ini ada temannya di bawah!" Teriakan Maminya menggema. Jeje langsung keluar dari kamar dan menuruni tangga sambil berlari.

"Ayo masuk Ray! Mami aku ke kamar lagiii," kata Jeje menarik lengan Raya tanpa mempersilakan Raya untuk menyalimi Ibunya.

Raya cuma tersenyum sopan saat Ibu Jeje menoleh kearahnya.

Pintu kamar Jeje tutup, lalu dia mendudukkan Raya di kursi meja rias.

"Buset, ini kamar atau toko baju?" tanya Raya keheranan ketika melihat kamar Jeje yang memang sangat penuh dengan pakaian. Lemarinya terbuka, dengan beberapa baju terjatuh di depannya. Kasurnya pun demikian. Tidak lupa baju serta celana yang tergantung dibelakang pintu kamarnya.

"Hehehe," kekeh Jeje.

Cewek itu menyalakan lampu yang berada di sisi cermin riasnya yang membuat Raya melongo. Ini meja rias seperti punya beauty influencer di Instagram yang dia lihat tempo hari.

Jeje mulai dari skin preparation dulu buat kulit Raya. Raya manut saja meskipun dia nggak tahu Jeje pakaikan apa saja ke wajahnya.

"Kulit lu tuh bagus tau, cuma kalo di sekolah kenapa keliatan dekil ya?"

"Lu kalo mau muji kaga usah pake imbuhan ngejelekin gue bisa nggak?"

"HAHAHAHA!"

Jeje kemudian memakaikan cushion, contour, dan blush dalam. Setelah semua di blend, cewek itu membubuhkan bedak tabur ke muka Raya.

Raya menatap wajahnya ke cermin. Persis mochi.

Setelah itu Jeje menyuruh Raya buat tutup mata. Raya sepertinya ketiduran bentar karena tau-tau makeup-nya sudah selesai kata Jeje.

Gadis berambut pendek itu mendekatkan wajahnya ke depan cermin sambil melongo takjub.

Tangan Jeje memang ajaib!

"Gimana-gimana??" tanya Jeje minta pendapat.

"Bagus banget sumpah! Elu keren banget dah!" balas Raya mengacungkan kedua ibu jarinya ke hadapan Jeje.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang