༺❉✾04✾❉༻

254 17 0
                                    

04

.
.
.
.

⚣༈═🂴♥︎ The complexity of love♥︎🂴═༈⚣
⚕︎
⚕︎
⚕︎

⫷hersa 2017 side's⫸

Hari ini adalah dua minggu sejak aku pindah ke sini, tidak ada yang menarik, kecuali seseorang ini dia bagaikan anak kucing yang ketakutan.

Saat pertama kali aku bertemu dengannya seminggu yang lalu tak langsung tertarik, aku melihat dirinya selalu sendirian saat itu dia seakan menunggu sesuatu mungkin setiap hari dia datang ke tempat yang sama di depan gang ada halte terbengkalai, setiap ada cewek atau uke cantik atau imut manis, dia akan menggodanya ala-ala jamet, setelah itu diaakan memastikan tempat sepi lalu dia akan memberi makan kucing dan anjing yang terlantat di sana.

Aku tidak jatuh cinta pada pandangan pertama padanya, aku jatuh cinta pada pandangan ketiga, saat pertama melihatnya aku hanya berpikir dia jamet, saat hari kedua dan pertemuan kedua aku mulai merasa dia menarik saat melihat ternyata dia orang yang baik, dan ketiga saat aku jatuh cinta padanya saat hujan turun di bulan Januari ini, dia memarkirkan motornya di depan halte, lalu mulai menangkap anjing dan kucing, agar berteduh di halte terbengkalai yang lumayan besar itu, dia memungut satu persatu mengerikannya dengan handuk-handuk yang dia bawah, membiarkan dirinya basah baju putihnya basah membuat baju kemeja putih sekolahnya menempel di kulitnya, tampak jelas pinggang kecil itu, dan bongkong besarnya, wajahnya yang basah poninya yang basah rambutnya yang basah, dia tampak menawan dalam kebaikan dan penampilannya saat itu, aku sangat jatuh sedalam-dalamnya.

Sejak saat itu aku selalu menunggunya di halte, aku tau dia selalu pulang ke rumahnya terlebih dahulu untuk mengambil makanan kucing dan anjing jadi mudah bagiku untuk ada di sana sebelum dia datang.

Hari pertama saat aku menunggunya:

Dia datang dengan wajah bingungnya yang tampak lucu di mataku, dia turun dari motornya lalu duduk di halte menunggu, aku tau dia pasti menunggu ku pergi.

"Hei anak manis seperti lu nggak boleh pulang terlalu soreh" ujarku mulai menggodanya.

"Apa?, lu yang kenapa di sini ini tempat gue lebih baik lu pulang aja" jawabnya ketus.

"Hahaha kau imut sekali, uke manis dan imut mau nggak jadi ukenya abang" ujar ku kepadanya.

"Iihs, kau buta aku dominan dan jika mau mencari uke manis dan imut tuh di pengkolan depan banyak" jawabnya lebih ketus dan kesal, dengan wajah marahnya yang lucu bagiku.

"Kau tau, pasti kau sering di sana yah" jawabku menggodanya.

"Kalo iya memang kenapa, kalo tidak juga kenapa" jawabannya dengan ketus lagi.

"Jika kau berkumpul dengan mereka Ibaratkan mereka bintang dan kau.. " aku menjeda ucapan ku agar bisa memancing emosinya.

"Apa rongsokan, batu, karena mereka cantik manis imut dan terang, aku hanya laki-laki kumal dan brantakan" jawabnya kesal.

"Bukan, kau bulan" jawabku.

"Huh?, bulan yang benar saja" dia selalu menjawab ku dengan ketus.

"Iya bulan, mereka memang bintang yang indah dan banyak tapi kau bulan, Satu-satunya bulan dan aku lebih suka bulan, dan aku inginkan bulan itu" jawabku dengan senyum manisku.

The complexity of loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang