PT.02 - Restu

277 52 34
                                    

Julio menggerutu sepanjang jalan akibat telinganya pengang mendengar nasihat neneknya. Sambil memegang kendali stang motor, mulutnya tak henti komat kamit sebal dengan keputusan sang nenek yang keukeuh tidak akan memberikannya restu untuk pergi ikut trip yang waktunya tinggal sehari lagi.

Beberapa kelokan jalan sudah dia lalui hingga sampailah di kediaman Carlo. Sahabat karibnya yang juga akan ikut trip ke Pulau Mayangan besok.

Motor dia sampirkan di parkiran samping rumah Carlo lalu segera mengetuk pintu rumah bernuansa asri itu. Orang tua carlo dua-duanya memang sangat hobi bercocok tanam ㅡtanam banyak jenis-jenis tumbuhan maksudnya.

"Masuk ajaa Jul!" Seru Carlo dari dalam dan memang sudah tau kalau temannya ada di rumahnya, karna dia hafal suara khas motor Julio.

Baru saja masuk dan mendudukan diri di sofa, Julio disuguhi banyak cemilan oleh ibunya Carlo.

"Dimakan ya Jul, kalo ga abis kena cas," canda sang ibu.

"Kayak lagi di all you can eat-an aja Tan," timpal Julio sembari tangannya sudah sibuk memilih kue yang piringnya berjejer di meja.

Selepas ibu Calro pamit, membiarkan dua pemuda itu bertukar keluh kesahnya perihal rencana trip besok.

"Nenek gue tetep ga ngasih izin, ampun dah!"

"Lu kurang alus kali ngerayunya? Keluarin lah jurus andalan lo yang sat set sat set kalo ngerayu cewe."

"Prett! Lu kata nenek gue sama kayak cewe-cewe murah yang gampang dirayu."

Carlo terkekeh, "Mang nape sih? Bisa susah gitu dapet izin healing doang."

"Kata nenek gue mah dia punya firasat ga enak mana cuaca akhir-akhir ini lagi kayak cewe pms. Ga jelas."

"Hahhaha! Sogok apa kek gitu?"

"Kagak mempan, lu tau sendiri begimane watak nenek gue Car."

"Batu banget ya, sama kek elu. Kabur aja lah kabur."

"Dasar sesat lu! Hahhaha. Tapi keknya kalau buntu, solusi itu bisa dicoba."

"Tapi resiko ditanggung terpisah ya cok. Gue kagak ikut ikutan dah kalo balik balik nenek lu tantrum brutal."

"Dikata nenek gue orok apa pake tantrum tantrum hahhahaha!"

Dua pemuda ini kalau bercanda kadang adab ketinggalan. Rumah Carlo saja yang awalnya adem ayem, seketika menjadi sangat ribut padahal yang punya rumah tadi bilang mau istirahat di kamar.

Obrolan perkara restu yang belum Julio kantongi akhirnya mencapai kesepakatan yang Carlo sarankan tadi. Kenakalam masa muda memang sudah meracuni otak mereka sepertinya. Masa bodo dengan segala aturan dan nasihat, yang jelas trip besok harus mereka lakukan.

"Kapan lagi ya gue trip sama cewe loli kayak Winda."

"Elu mah Jul! Otaknya cewe melulu. Pak ustad liat nih anaknya pak ustad."

"Berani emang lu ngadu ke bapak gue Car? Hahha.."

"Kagak sih, takut dirukiah lagi gue." Celetuk Carlo.

Julio berhenti ketawa sejenak, mendengar celetukan temannya barusan dia jadi tiba-tiba teringat dengan momen saat dua tahun lalu dimana dia, Carlo dan ada beberapa teman sekolahnya mendaki gunung yang berlokasi di daerah Jawa Tengah.

Saat itu memang dengan angkuhnya Carlo beberapa kali meremehkan medan jalur pendakian. Tapi tidak disangka-sangka, saat perjalanan turun. Carlo terkena musibah bertubi-tubi. Bahkan sampai harus dibawa ke orang pintar karena hal yang menimpanya diluar akal sehat.

TRIP TRAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang