Minta Minum Jadi Minta Maaf

1 0 0
                                    


"Emang tega lo hujat punta?"
—Ian De javu—

Musik Dj berdentum keras dalam kelas 10 Mipa 1. Siswa cowok kelasku terlihat sangat solid meskipun baru saja kenal beberapa hari lalu, mereka terlihat makan nasi bungkus yang mereka beli di kantin bersama-sama di celah kosong belakang kelas, berbeda dengan para siswinya yang terlihat mulai adanya 'circle' dalam pertemanan.

Kabeh kue wis ginaris
Tresnaku pancene tragis~

Aku hanya bisa menggeleng melihat kelakuan para siswa yang menganggukan kepalanya mengikuti alunan musik dj sembari menikmati nasi bungkus.

"Ojo bali kaya wingi, AKU WIS RA SUDI!" ucap mereka secara bersama, lalu tertawa seolah menjadi orang yang paling tersakiti didunia. Sekali lagi, aku menatapnya datar, setelahnya mengacuhkannya dan memutuskan untuk duduk di bangku milikku yang terletak paling belakang.

Aku membuka ponsel untuk menghubungi salwa karena memang salwa sedang tidak dikelas. Selanjutnya aku memutuskan untuk membuka instagram dan melihat beberapa konten vidio pendek tentang gymnastik yang tidak sengaja lewat diberandaku.

"Wuih, lo tertarik gymnastik?

Hampir saja tanganku melayang pada pipinya, untungnya bisa ku kontrol, mungkin tiga senti lagi, tanganku yang sawo matang ini menghampiri pipinya yang sialnya lebih putih dariku.

Memang siapa suruh, cowok menyebalkan itu tau-tau sudah ada dibelakang kursiku, wajahnya tersenyum seakan tidak punya dosa saja!

"Minum, boleh minta ngga?"

Aku menghembuskan napas kesal.

Sabar kunci orang sukses, batinku berusaha meredam amarah.

Tanpa mengatakan sepatah kata pun, aku mengambil botol minum unguku disamping tas.
"Bibir lo jangan nempel,"

"Yeuu gue juga milih-milih kali kalo mau modus nempelin bibir ke botol minum!" Balasnya memanas.

"Satu, dua, ti-"

Dia segera menegak air dalam botolku tanpa ragu, karena terburu-buru beberapa mililiter air keluar dari mulut dan membasahi baju osisnya. Tentu saja di sini aku menahan tawa, melihat wajahnya kesal seraya menutup botol merupakan kepuasan tersendiri untukku. Anggap saja ini balas dendamku yang pertama.

"Baju gue basah, salah siapa coba?!" Alis cowok itu bertaut dan menatapku tajam, aku tentu saja balik menatapnya kheki, apa-apaan ini? Harusnya aku yang marah karena dia banyak berkomentar padahal yang meminta minum kan dia?

"Lo nyalahin gue?" Aku balik bertanya dengan nada meninggi.

"Lo nggak sabaran," balasnya lagi.

"DUH ADUHH, udahlah sengg-senggkuu, baikan yuk, kemaren aja lo berdua saling khawatir sekarang mau salah-salahan masalah aer minum doang?"

Si 'calon pentolan angkatan' alias Ian merangkulku dan punta secara bersamaan. Aku tau niatnya baik untuk mendamaikanku sekaligus mencairkan suasana kelas yang mendadak sedikit tegang karena perselisihanku dengan punta.

"Dengerin ian, Mel. Kemaren kan lo khawatir sama gue, gue si ngga khawatirin lo, masuk tipe gue aja ngga,"

Satu kata yang ingin ku ucapkan detik ini juga. SIALANNN.

"Pun, lo ngga usah mancing gue buat hujat lo sekarang juga!" Kedua tanganku sudah menggenggam erat disamping tubuh, kesal dan malu mendominasi diriku sekarang.

"Emang tega lo hujat punta?" Pertanyaan ian sebenarnya tidak terlalu menjebak, namun entah mengapa lidahku lagi-lagi sulit untuk mengatakan kalimat-kalimat kutukan untuk bule jawa itu.

"Minggir gue mau lewat!" Mataku memanas, tak mau membuang waktu lebih lama aku melewati punta dan ian keluar kelas menuju ke arah toilet.

Aku memasuki salah satu bilik toilet lalu menguncinya, tepat dengan itu setetes air mataku jatuh. Boleh dibilang aku memang "baperan", terlalu perasa dan peduli kalimat orang lain tentang diriku. Mamahku saja mengakui aku cengeng.

Setelah menenangkan diriku beberapa saat, aku mulai berpikir rasional dan menggunakan logika ku.

"Ngapain gue sedih sih dibilang ngga dikhawatirin punta balik? emang dia siapa gue? what happen oh my self, omaygat Mel, lo sama dia baru kenal, secepet inikah jatuh cinta? tapi ngga mungkin, jangan mikir aneh-aneh dulu, gue cuma ngga terima aja dia seenaknya sama gue!" Aku terus bermonolog, aku terus menyakinkan diriku, meskipun anehnya ada sebagian diriku yang menepis opiniku dan kembali menjadikanku ragu.

Pikiranku semakin kalut, jauh merambah tentang dia, menggeleng kuat, lalu segera menepisnya. Aku mengangguk mantap,
"Gue ngga boleh suka,"

"Boleh,"

"AAAAAAA!"

"Shutttt! Please jangan teriak,"

Demi apapun, ini lebih horor dari debat capres ataupun debat bahasa indonesia nanti dengan ibunda guru yang sangat amat killer. Aku tidak akan pernah menyangka punta akan seberani ini. Dia menyembul dari atas bilik toilet, gila bukan?

"Gue...mau minta maaf soal tadi, maafin gue udah keterlaluan sama lo,"

"Nih buat lo," aku tidak langsung menerimanya, tentu saja karena gengsi dan masih kesal, sedikit.

"Buruan terima dong, tangan gue pegel nih," meskipun terlihat alay bin lebay, ekspresi mukanya yang terlihat bocah ingusan itu membuatku sedikit menahan senyum. Akhirnya, aku memutuskan untuk menerima es cekek rasa anggur yang dia sodorkan.

Cowok itu mendadak lenyap dibalik bilik kamar mandi, sedikit terdengar gesekan benda dan lantai sebelum akhirnya terdengar ketukan pinttu dari balik pintu dari balik pintu toilet yang aku tempati.

"Mel, balik ke kelas sama gue yuk,"

Nada kalimatnya sudah seperti anak kecil mengajak main saja. Aku sedikit tersenyum, namun setelah membuka pintu kembali aku memasang muka cuek.

"Lo jalan duluan,"

"Segitunya lo ngga mau barengan sama gue?" Tanyanya, aku hanya diam.
"Oke," anak itu hendak melenggang pergi, aku menggigit bibir, tidak tahu ini refleks ataupun apa, tapi yang jelas-aku mencubit sedikit baju osisnya, mengisyaratkan agar berhenti sebentar.
"Gue ngga bermaksud..."

Entah mengapa, senyumnya yang jelas tertuju untukku saat ini membuatku lega. Aku dan dia, puntadewa Paraananta berakhir berjalan berdampingan dikoridor dengan tawa lepas karena dia bercerita hal random.

***
"Btw, tumben es cekeknya enak, lo beli dimana?"

Punta menggaruk tengkuknya, terlihat kebingungan menjawab.
"Itu—bekas gue, enak kan?"

"PUNTAAA!"

"Bercanda Mell,"

***

P!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang