Masuk SMA

5 0 0
                                    

saya tidak akan promosiin cerita ini dimanapun sih, kalo ada yang baca hamdallah kalo tidak, tidak apa-apa karena ada sesuatunya ini cerita hehehe

***

"Punta. Puntadewa Paramaanantra."

***

Padahal pagi ini matahari tampak menunjukan eksistensinya diseluruh kota, namun yang tidak ku mengerti mengapa gerimis turut hadir bersama awan kelabu, cuaca menyebalkan seperti sekarang membuatku malas kemana-mana, sekalipun itu sekolah.

"Buru, mamah habis ini ada arisan—"

Memutar bola mataku malas,kalau mamah sudah mengoceh seperti itu tandanya memang sudah dekat waktu-waktu gerbang ditutup. Eh,sebaiknya aku cepat-cepat demi keamanan ku sebagai murid baru yang teladan.
"Iya Mah. Liv kesana!"

Ku lihat air hujan dari jendela dekat pintu, suasananya memang seperti masih jam 6 pagi,namun sebenarnya ini sudah lewat dari setengah tujuh. Segera aku memakai jas hujan bening yang mamah beli sekitar satu bulan lalu. "Makanya mamah udah sering bilang, bangun lebih pagi biar nggak buru-buru. Ngeyel sih kamu."

Mamah tidak salah sih, kebiasaan burukku memang bangun kesiangan. Tapi kalau aku sudah ada niat bangun lebih pagi pasti akan terjadi,meskipun dengan alarm. Bukankah itu juga suatu kelebihan pada diriku?

Kalau hari ini,aku memang tidak berencana bangun lebih pagi. Aku lebih berharap supaya telat bangun dan tidak usah sekolah. Meskipun setelah bangun nantinya aku pasti menangis ketakutan besoknya akan disidang oleh wali kelas.

Baiklah,aku segera berjalan keluar, menaiki jok motor belakang yang kosong.
"Kalo kamu masih laper,beli nasi uduk dikantin,ya?"

Aku mengangguk sembari mengenakan helm dengan warna putih yang mendominasi. "Aman pokoknya."

÷÷÷

Seragamku terlihat kebesaran,aku seperti orang bodoh yang berjalan sendirian setelah melihat papan pengumuman pembagian kelas. Tidak heran sih,masih banyak yang kelihatan bingung ditengah koridor sekolah, meskipun sudah melihat mereka ditempatkan dikelas apa, masalahnya mereka tidak tahu dimana letaknya.

Karena aku orangnya pemalu,sepanjang koridor aku hanya diam dan mencari keberadaan kelasku, ditempatkan di MIPA 1 membuatku sedikit khawatir mengenai pertemananku. Kulihat deretan nama,tak ada yang satu komplek denganku.

Bahkan dikelas itu juga ada sekelompok anak dari SMP favorit jalur prestasi. Em,sepertinya persaingan dikelas nanti cukup berat.

"Permisi,lo kelas apa? X Mipa 1 bukan?"

Aku sedikit terkejut,seorang lelaki entah kapan datangnya tau-tau sudah disebelahku. Tinggiku yang hanya sampai sepundaknya membuatku mendongak untuk melihat wajahnya.

Tunggu..

Bukankah dia salah satu yang dari SMP favorit? Dia lebih mirip murid pindahan luar negeri dengan wajah sedikit blasteran Belanda? Oh,atau dia salah satu keturunan Belanda ketika menguasai Indonesia?

Aku memandangnya tanpa berkedip,sampai dia menyadarkan ku dengan tangan yang melambai didepan mataku. "Gimana? Atau lo tau nggak ruang MIPA 1 dimana? Gue kepisah sama rombongan gue,jadi ya bingung deh..."

Ayolah, Liv. Jangan bertindak bodoh sekarang,meskipun aku tidak pernah akrab dengan cowok manapun,harus tetap terlihat biasa saja.

"Gue juga MIPA 1," jawabku singkat.

Dia tersenyum, "Mau cari bareng? Gue takut ilang,"

Senyum Pipit terukir padanya,aku semakin tidak bisa menahan rasa gugupku,selain karena baru pertama kali bertemu, tatapan matanya juga teduh membuatku mendadak panas dingin.

P!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang