3 : Bertemu Kembali

68 7 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Sejak tadi Laxi hanya mengaduk-aduk buburnya. Kepalanya terus tertunduk. Pemandangan itu menarik perhatian David selaku kepala keluarga.

"Kenapa cuma diliatin buburnya? Nanti dingin nggak enak, loh."

Masih tidak ada respon dari putra tunggalnya, Nitya ikut bersuara. "Ada sesuatu yang kamu pikirkan?" terkanya. Benar saja, sedetik kemudian Laxi mengangkat pandangan. Menatap kedua orang tuanya dengan sorot ragu.

"Kalau ada yang ingin kamu bicarakan, katakan saja," Nitya mencoba meyakinkan. Sedangkan David hanya menyimak sembari menghabiskan buburnya.

"Kemarin aku dipanggil ke ruang guru. Wali kelas bilang kalau SPP-ku sudah menunggak tiga bulan."

Benar dugaan Laxi, kalau apa yang ia sampaikan sanggup membuat kedua orang tuanya bungkam seketika. Bahkan David yang selalu fokus pada makanannya ketika sedang sarapan sampai urung menyuapkan sendok terakhir.

"Jangan pikirkan soal itu, kami pasti akan membayarnya. Kamu cukup belajar saja."

"Tapi ..." Laxi menggantung ucapannya melihat ekspresi David berubah.

"Selesaikan sarapanmu. Kita bicarakan lagi nanti," tekannya tidak mau dibantah.

Menyadari raut Laxi yang seperti ingin mengatakan sesuatu tapi urung karena penolakan dari ayahnya, Nitya menyentuh pundak suaminya lembut.

"Mas, sebaiknya kita dengerin dulu penjelasan Laxi."

Jika istrinya sudah berkata begitu, maka tidak ada pilihan lain bagi David selain menurutinya. Kata Mama Nitya, Papa David itu bucin akut. Beliau hanya menurut pada istrinya.

"Kata beliau, kalau dalam sepekan nggak dibayar, aku akan di drop out dari sekolah."

David dan Nitya saling pandang. Sampai akhirnya sang suami yang lebih dulu memutus kontak mata. Pria itu menenggak habis segelas air putih yang tersedia di meja.

Kedua manik hitamnya menatap Laxi intens. "Jangan khawatir. Itu nggak akan terjadi. Yang penting, kamu fokus belajar."

🍃

Laxi keluar setelah menaruh sapu pada tempatnya, melangkah keluar. Betapa terkejutnya ia mendapati Rico yang tengah bersandar di dinding kelasnya dengan kaki terlipat dan jari kelingking asik mengorek telinga kiri.

"Yo!" Rico menegakkan tubuhnya, menyapa Laxi yang tercekat di tempatnya. Cowok berwajah lugu itu mengeratkan pegangannya pada tas.

"Bagi duit." Cowok bertubuh jangkung yang seragamnya awut-awutan seperti tidak pernah disetrika itu melebarkan telapak tangan.

"Buruan!" gertaknya saat tidak ada respon apa-apa dari Laxi.

Rico mendekat, meraba saku celana Laxi dan merogohnya. Ia bahkan menarik kantong itu keluar untuk memastikan ada apa di sana, tapi kosong. Ia kemudian ganti meraba dada Laxi. Merasa tidak menemukan apa yang ia cari, tatapannya beralih ke tas yang menempel di punggung Laxi.

Revenge Of Alexi [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang