•
•
•Lexi meraih ponselnya yang berdering pertanda panggilan masuk. Tanpa melihat siapa yang menghubunginya, gadis itu segera menekan tombol merah. Ia sedang fokus menonton film detektif, tidak mau diganggu.
Benda pipih itu berdering lagi, tapi Lexi masih tak peduli. Hingga di deringan keempat, gadis itu baru menaruh perhatian pada ponselnya.
Menggerutu, dia menyambar benda canggih itu berniat mematikan panggilan itu dan memasang mode silent tapi urung saat mengetahu siapa yang menghubungi sejak tadi.
"Laxi?"
Cepat-cepat Lexi menggeser tombol hijau sebelum panggilan berakhir.
"Ha-"
"Kak, tolong kami ..."
Dalam sekejap, raut Lexi berubah cemas saat mendengar suara Laxi yang bergetar seperti menahan tangis. Apa yang terjadi pada adiknya? Dengan siapa dia saat ini?
Belum sempat Lexi menanyakan itu, Laxi kembali bersuara, "Jalan cempaka putih."
Lalu, panggilan berakhir.
Tanpa pikir panjang, Lexi segera menutup laptopnya dan menghubungi sekretaris Hanz meminta pria itu untuk menemaninya menemui Laxi di tempat yang anak itu sebutkan. Sekretaris Hanz mengiyakan tanpa banyak bertanya.
Sepanjang perjalanan, Lexi terus bergerak gelisah di kursinya. Dia sudah menghubungi Laxi sebanyak tiga kali, tapi sang adik tak mengangkat panggilan darinya. Entah karena anak itu kehabisan baterai atau memang berada di situasi yang tidak memungkinkannya untuk menerima panggilan. Memikirkan itu, rasa cemasnya kian bertambah.
"Saya tidak paham situasinya, tapi saya berharap tuan muda dan temannya baik-baik saja."
Lexi melirik sosok yang duduk di kursi kemudi. Perkataan sekretaris Hanz sama sekali tidak menurunkan kecemasannya. Sesuatu telah terjadi pada Laxi dan gadis itu kesal karena tidak mengetahui apa itu. Mendadak ia menyesal karena membiarkan sang adik tanpa pengawasan.
Mobil yang mereka naiki sudah mendekati jalan yang dimaksud. Beberapa meter di depan, Lexi melihat dua orang remaja duduk di trotoar dengan salah satunya mendekap temannya. Meksi hanya belakangnya saja yang tampak, Lexi mengenali siapa orang itu.
"Itu mereka!" Lexi berseru. Tanpa harus mengatakan itu, sekretaris Hanz juga sudah tahu karena dia melihatnya. Pria itu pun menghentikan mobil di dekat dua remaja tersebut.
Lexi bergegas turun dari mobil. "Laxi! Lo gapapa?"
Mendengar suara yang sangat dikenalnya, Laxi mendongak. Zyva segera melepaskan diri. Pemuda itu tak melihat wajah si gadis yang memanas saat menyadari dirinya tadi sempat terbawa suasana dan malah menikmati pelukan juniornya. Apalagi, dia juga mengenakan kemeja remaja laki-laki itu. Rasa malunya kian bertambah. Takut Lexi dan seorang pria yang datang bersamanya berpikiran yang tidak-tidak. Padahal, kenyataanya tidak seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge Of Alexi [ End ]
Dla nastolatków'Dia' datang karena ingin bertemu dengan adiknya, tapi justru terjebak dalam situasi rumit yang mengharuskannya mengambil alih peran Tsabina Queen Alexi untuk membalas orang-orang yang membuat keluarga gadis itu hancur. ''Lo siapa?'' ''Gue adalah l...