•
•
•"Sepertinya Hanz sudah mulai terbuka sekarang. Kemarin aku melihatnya berbicara dengan Lexi. Mereka tampak akrab."
Barra yang sedang memberi pakan ikan di aquarium menghentikan gerakannya mendengar penuturan Arkan. Adik iparnya itu duduk di sofa panjang yang menjadi penghalang keduanya.
"Apa yang sedang coba kamu katakan?"
Nada tidak bersahabat itu membuat Arkan terkekeh pelan. Pria itu menyeruput kopinya yang sudah dingin.
"Maksudku, perubahan Hanz cukup aneh. Dia kan pria kaku yang bicara seperlunya, mengapa sekarang dia jadi sosok yang terbuka dengan orang lain? Apalagi, orang itu adalah pendatang baru di rumah ini. Bukankah itu mencurigakan?"
Di balik punggung, Barra menggeram rendah. "Apa kamu sedang mempertanyakan kesetiaan Hanz? Kamu pikir dia orang macam apa?"
Arkan diam-diam mengukir senyum kemenangan sebab kalimat sarkas yang dilontarkan Barra menandakan kalau Arkan berhasil memprovokasinya.
"Kakar ipar, apa kamu pernah mendengar cerita seorang pengkhianat bernama Wang Jiwei?"
Menantu pertama keluarga Dityatama itu meletakkan cangkir yang sudah tandas isinya. "Dia adalah pria asal china yang mendukung rencana jepang untuk menguasai negaranya sendiri. Bahkan, Wang Jiwei sempat terlibat percobaan pembunuhan pejabat Manchu di Beijing. Pertanyaannya, kenapa dia melakukan itu?"
Meski tidak ada sahutan dari Barra, Arkan tahu sekali kakar iparnya itu sedang menyimak ucapannya.
"Tentu saja karena Wang jiwei terpengaruh oleh Dr.Sun Yat Sen yang dia temui saat menempuh pendidikan di Jepang. Dr.Sun adalah bukti bahwa seseorang dapat mempengaruhi orang lain. Kakak ipar pasti tahu apa yang kumaksud, kan?"
Panggilan yang Arkan sematkan pada Barra semata bukan karena dia mengakui kalau pria itu adalah kakak iparnya, melainkan karena Arkan tahu bahwa Barra tidak pernah menyukai panggilan itu. Sebagai rivalnya, Arkan menyukai apa pun yang tidak disukai Barra.
Barra meletakkan kotak pakan ikan dengan gerakan kasar. "Sebaiknya tutup mulutmu sebelum aku membuatmu tidak bisa bicara lagi." Putra sulung Dityatama itu meninggalkan Arkan dengan membawa sebongkah curiga di hatinya.
"Ah, aku sudah tidak sabar melihat bagaimana anjing kesayangan menggigit tuannya." Arkan mengangkat satu kakinya sementara asap putih keluar dari mulut dan kedua lubang hidungnya.
Setelah percakapannya dengan Arkan, Barra memanggil seseorang. Mereka kini tengah berbincang serius.
"Baik, Tuan," ucap si pria yang dipanggil oleh Barra ke ruangannya mengakhiri percakapan mereka.
🍃
Beberapa menit yang lalu, Lexi menghubungi Laxi melalui ponsel, entah bagaimana caranya ia mendapat nomor Laxi. Gadis itu meminta Laxi untuk bertemu di titik lokasi seperti yang ia kirim tanpa memberitahu alasannya. Karenanya, Laxi terpaksa berbohong agar diizinkan keluar oleh orang tuanya. Sekarang, laki-laki itu berada di dalam mobil mewah milik Lexi yang melaju dengan kecepatan sedang menuju pusat kota.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge Of Alexi [ End ]
Novela Juvenil'Dia' datang karena ingin bertemu dengan adiknya, tapi justru terjebak dalam situasi rumit yang mengharuskannya mengambil alih peran Tsabina Queen Alexi untuk membalas orang-orang yang membuat keluarga gadis itu hancur. ''Lo siapa?'' ''Gue adalah l...