•
•
•[Di lain tempat pada waktu yang sama]
"Dia siapa, Ra? Kasih tahu, Mas!" cecar seorang suami pada istrinya dengan intonasi tinggi. Membuat kedua anaknya yang berusia enam dan tujuh tahun yang tadinya bergandengan tangan kini saling merangkul ketakutan.
Baru kali ini mereka melihat ayahnya marah pada sang ibu. Sebab, selama ini kedua orang tuanya nyaris tak pernah bertengkar. Yang mereka tahu, ayah dan ibunya saling menyayangi. Kenapa sekarang tiba-tiba jadi seperti ini setelah pria itu datang?
"Jawab, Ra! Jangan diam aja!" Sang suami mengguncang bahu istrinya. Namun, wanita itu masih setia mengunci mulutnya. Kepalanya menunduk semakin dalam, menahan air matanya yang siap luruh kapan saja.
"Sudah jelas, kan? Saya calon suaminya," tukas pria itu, yang menjadi penyebab marahnya si suami pada istrinya. Tanpa ragu, pria itu melingkarkan tangan di bahu si wanita dengan mesra. Sengaja memanas-manasi si suami. Apalagi, wanita itu tak berusaha menolak. Kekesalan si suami pasti kian bertambah dan itu sangat menyenangkan bagi pria tersebut.
"Sejak kapan kalian menjalin hubungan di belakangku?!" raung si suami sampai kedua anaknya menutup telinga. Di mata mereka, ayahnya yang sekarang tampak seperti orang lain. Mereka tidak mengenal sosok yang ada di hadapan mereka saat ini.
"Aku juga kurang tau," sahut pria itu santai sambil memainkan senyumnya. Puas sekali bisa mempermainkan emosi si suami wanita yang tengah ia rangkul ini. Dari sorot matanya terlihat jelas betapa kecewa dan terlukanya si suami pada sang istri, menandakan betapa cintanya dia kepada istrinya.
Mereka tidak salah pilih orang. Pria itu sangat berterima kasih pada istrinya yang telah memilihkan target yang tepat.
"Jangan! Jangan bawa Mama dan Kakak pergi!" teriak bocah laki-laki berusia enam tahun saat tautan jemarinya dan sang kakak terlepas karena orang itu menarik lengan sang kakak secara paksa. Air matanya terus bercucuran. Sore yang harusnya dilewati oleh keluarga kecilnya dengan damai justru menjadi mimpi buruk bagi bocah enam tahun itu.
Bocah itu tak mengerti kenapa pria itu membawa pergi ibu dan kakaknya secara paksa seolah ingin memisahkan mereka. Namun, yang paling tidak ia mengerti adalah sikap sang ibu yang pasrah tak memberontak seakan memang ingin menjauh dari kehidupannya dan ayah. Hanya kepalanya yang terus tertunduk, menyembunyikan air matanya yang tak kunjung mengering meskipun diseka berkali-kali.
Tak ada yang tahu, bahwa wanita itu sedang menahan isaknya agar tidak keluar dengan cara menggigit bibirnya. Bahunya bergetar dan sesak di dadanya membuatnya mulai kesulitan bernapas. Padahal dia tak memiliki riwayat asma atau gangguan pernapasan lainnya.
"Maafin aku, Mas. Maafin Mama ..." ucap si istri tanpa suara.
Tangan kecil bocah enam tahun itu berusaha menggapai tangan sang kakak yang tubuhnya semakin menjauh, tapi dia hanya berhasil meraih gelang sang kakak. Dia terduduk di halaman berumput sembari tak hentinya memanggil dua perempuan yang sangat ia sayangi. Suaranya mulai serak lantaran terus berteriak sampai terbatuk beberapa kali. Kulitnya yang putih membuat rona kemerahan di wajahnya terlihat jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge Of Alexi [ End ]
Ficção Adolescente'Dia' datang karena ingin bertemu dengan adiknya, tapi justru terjebak dalam situasi rumit yang mengharuskannya mengambil alih peran Tsabina Queen Alexi untuk membalas orang-orang yang membuat keluarga gadis itu hancur. ''Lo siapa?'' ''Gue adalah l...