4. The price of Love: Obito's Decision for Kakashi's Safety

170 17 0
                                    

  Semalaman tidur bersama Obito disampingnya membuat Kakashi benar-benar tidak merasakan apa itu mimpi buruk lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  Semalaman tidur bersama Obito disampingnya membuat Kakashi benar-benar tidak merasakan apa itu mimpi buruk lagi. Untuk pertama kalinya Kakashi tidur nyenyak semenjak dia dilahirkan. Hangat, bebas, tanpa tekanan.
Sungguh, Kakashi merasa nyaman dan tenang berada di dekapan Obito.

  "Mau kemana, hm?" tanya Obito lembut, tak lupa tangannya memegang erat tangan Kakashi. Kini mereka sedang dalam perjalanan pulang ke rumah Kakashi, Obito merasakan hawa takut, tegang dan cemas dari kekasihnya tersebut.

  Tak ada jawaban, justru tangan Kakashi semakin meremas tangan kekar Obito. Menyalurkan ketakutannya lewat genggaman itu, Obito yang mengerti langsung mengelus lembut punggung tangan gadisnya menggunakan ibu jarinya.

  "Cari tempat ya? Kamu sepertinya butuh tempat untuk meluapkan semuanya." Obito segera melajukan mobilnya menuju suatu tempat.

  Pantai Nishikinohama, ini adalah tempat yang cocok untuk suasana hati Kakashi. Hari ini pantai begitu sepi dan jam pun belum siang.
"Pernah berteriak di sini sebelumnya?" tanya Obito dengan suara lembut, lagi. Penuh perhatian dia menyampirkan helaian rambut Kakashi yang berterbangan karena terpaan angin pantai.

  "Belum pernah," balas Kakashi pelan. Dia menyembunyikan kepalanya di antara kedua lututnya. Mencoba menahan diri untuk tidak meluapkan emosinya.
"Di sini kita bisa melepaskan semuanya. Kesedihan, ketakutan dan kekecewaan...," Obito berdiri, menghela nafas dalam-dalam sebelum berteriak sekencang yang dia bisa.

  Terdengar suara ratapan akan lelahnya dia, Kakashi membelalakkan matanya. Sosok disampingnya kini sudah berada di hadapannya, pria berambut jabrik itu menengok ke belakang. Tersenyum lebar memamerkan barisan giginya yang rapih, "berniat untuk mencoba?" tawarnya.

  Tangannya terulur untuk mengajak Kakashi berdiri. Tindakan Obito sebelumnya memicu refleksi dalam dirinya, Kakashi menerima uluran tangan sang kekasih dan berdiri. Menatap dengan tatapan penuh pertanyaan, kedipan satu mata Obito seakan menjawab semua kekhawatirannya.

  "Apa boleh kita berteriak di sini?" tanya Kakashi penuh keraguan. Obito hanya diam, namun senyuman tipis tak luput dari wajahnya. Kebingungan jelas terlihat dari wajah Kakashi, "mau bersama-sama?" ajak Obito.

  Kakashi mengangguk pelan, Obito terkikik pelan. "Baiklah, ayo lakukan bersama!"
Sepasang kekasih tersebut berteriak bersama-sama. Tak memperdulikan bagaimana jika seseorang akan datang berkunjung, yang keduanya pikirkan saat ini adalah bagaimana beban di dalam diri mereka berkurang.

  Obito tertawa, Kakashi terengah-engah sambil tersenyum tipis. Teriakan tersebut mengurangi beban pikiran yang selama ini dia sembunyikan, "mau disini lebih lama lagi?" suara sang kekasih membuat Kakashi menoleh, dia tampak berfikir.
"Tidak, aku ingin segera pulang," jawab Kakashi.


"Tidak, aku ingin segera pulang," jawab Kakashi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HOME IS WHERE THE HEART IS [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang