Sebulan sudah Kakashi menghabiskan waktunya di Osaka. Meskipun sedang jauh, Kakashi selalu menyempatkan untuk menghubungi Tobirama, Papanya dan Yamato, sang Kakak.
Selama satu bulan juga dia beberapa kali mengunjungi Panti Jompo bersama Obito. Seperti pagi ini, matahari terbit terang dengan lembut, cahayanya merengsek masuk melalui jendela dan celah-celah.
Kakashi sangat berbeda dengan sang kekasih, jika kekasihnya itu begitu ceria dan ramah. Kakashi, dengan sifat pendiamnya, lebih banyak mendengarkan daripada berbicara.
Siang pun tiba, para lansia berkumpul di ruang makan. Menikmati makan siang bersama. Kakashi dan Obito membantu juga dalam menyajikan makanan.
Selama makan, Obito berceritakan banyak. Para lansia tentu mendengarkan seksama setiap kata yang dilontarkan Obito, lalu tertawa bersama jika ada yang lucu. Meski Kakashi pendiam, namun senyuman tak lepas dari wajah putih pucatnya.
"Makanannya enak?"
Kakashi mengangguk, "enak kok."
"Kalau tidak suka dengan menunya katakan padaku yang mana saja, oke?"Sedangkan para Nenek lainnya yang menguping pembicaraan kedua pasangan itu saling berbisik satu samal lain.
Siapa lagi kalau bukan menggunjing Kakashi?
Sebelum keluar Obito bertanya sekali lagi pada kekasih nya, "kamu yakin tidak mau ikut, sayang?"Kakashi menggeleng, "aku di sini saja."
Obito menatap sedikit kecewa, "ayolah sayang... Kita bergerak sedikit. Biar badan sehat, yuk!"Kakashi tetap saja pada pendiriannya, Obito menyerah dan mencium kening Kakashi singkat. "Baiklah, aku pergi. Kalau ingin bergabung langsung menuju halaman, ya sayang!" teriak Obito sebelum berlari ke halaman Panti.
Sore hari semua lansia termasuk Obito melakukan senam ringan. Pria Uchiha itu penuh semangat bergerak, energi cerianya benar-benar menjadikan dirinya pusat perhatian. Tawa dan candaan Obito merupakan obat bagi mereka yang merindukan keluarga, terlebih yang sedang merindukan putra mereka.
Semuanya diluar, kecuali Kakashi dan Nenek Haruka. Kakashi yang sedang mengintip dari celah pintu terkejut ketika sebuah tangan menggenggam tangannya.
"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Nenek Haruka dengan lembut.
Kakashi tersenyum tipis, "ah tidak, Nek. Aku baik-baik saja."
Ekspresi Nenek Haruka berbeda dari yang lainnya, penuh kebijaksanaan. Matanya yang tajam seperti elang, mampu melihat setiap kata-kata bohongan dari mulut Kakashi.
Namun senyuman lembut terukir kembali di wajahnya, "aku bisa melihat bahwa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu...," batin Nenek Haruka berbicara.
" Mari ikut bersamaku, Nak."
Seakan mengerti kegelisahan hati Kakashi, yang merasa tidak diterima oleh sebagian besar lansia di panti jompo. Mereka melangkah bersama di bawah langit senja, menuju bangku di sisi lain panti yang jauh dari bisingnya manusia lain.
Senja di sore hari memanggil keindahannya yang tak terkatakan. Langit berubah warna, dari biru cerah menjadi jingga yang hangat.
"Apakah kau senang dengan pemandangan yang kau lihat?"
"Ya, Nek. Aku sangat senang, ini sangat indah."
"Syukurlah jika kau senang," ucap Nenek tersebut.
"Aku tidak heran jika dia sering membicarakan mu setiap malam...."
"Dia....?"
"Maksud Nenek adalah Obito," jelas Nenek Haruka."Obito-kun pasti menceritakan yang tidak-tidak tentangku," Kakashi mengerucutkan bibir.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME IS WHERE THE HEART IS [SUDAH TERBIT]
FanfictionTak pernah Obito bayangkan bahwa rasa rindunya kepada sang nenek membuatnya bertemu dengan gadis lolipop di pantai Nishikinohama, Osaka. Mereka adalah dua jiwa yang sama-sama merindukan rumah mereka, tempat dimana seharusnya mereka bisa merasa aman...