11. Lost in Regret (Tobirama & Haruko).

128 8 0
                                    

Malam yang tenang hanya dilalui oleh Obito dan Kakashi. Berbeda di kediaman Senju, malam ini begitu mencekam dan tegang.

Yamato menatap sendu kepada ayahnya yang sedang terbaring tak berdaya di ranjang, "Ma...," panggil Yamato pada ibunya.

Haruko menoleh tanpa mengeluarkan suara, seakan menjawab panggilan sang putra.
"Papa capek. Yamato tahu itu, Mama tidak mau berubah?"

"Kamu tidak akan pernah tahu perasaan Mama, Yama. Berhenti membuat keributan," elak Haruko. Dia menghindari topik yang ia tahu akan ke arah mana.

"Tidak, Ma. Aku tidak pernah melihat Papa sakit sebelumnya," ucap Yamato serak parau."

"Itu semua karena dulu Papa masih kuat untuk menyimpan segalanya sendirian, tapi sekarang tidak. Papa bisa saja sok kuat, tapi lihat bagaimana..."

"Papa begitu lemah sekarang!"

Haruko terhenyak. Dia tak pernah mendengarnya anaknya bersuara tinggi, "memang. Mama juga menyadarinya," ungkap Haruko dengan tatapan kosong ke arah Tobirama. Cahaya rembulan yang merembes masuk melalui jendela memberikan rasa nyeri di dalam hati Haruko.

"Lalu kenapa, Ma? Kenapa Mama tak mau berubah?"
"Semuanya butuh waktu, Yama?"
"Butuh berapa lama lagi, Ma? Sampai Papa mati, begitu?" sarkas Yamato, Haruko lalu memejamkan matanya.

"Entahlah... Mama butuh waktu lebih lama, lagi."
"Waktu, waktu, waktu... Mama tidak membutuhkan waktu, tapi keikhlasan, Ma! Mama tidak ingin menerima kenyataan, Mama masih terbelenggu oleh masa lalu. Tolong, Ma... Sekali lagi, berbicaralah kepada Papa. Dengarkan Papa dengan baik, gunakan hati Mama yang lembut itu."

Rahangnya mengeras, kekecewaan jelas terpancar jelas dari wajah Yamato. Pria bermata ikan itu mendorong kursi yang di duduknya ke arah belakang dengan keras, suara hempasan kursi itu memenuhi ruangan, keheningan yang menakutkan itu menambah rasa kalut pada keduanya.

"Yama-"
"Jangan sekali-kali memanggilku jika Mama belum berbicara pada Papa dan menyadari atas segala perbuatan yang Mama perbuat," tegas Yamato.

Haruko terpaku di tempat, ia merasakan kekosongan yang begitu mendalam.

Ini pukul 3 pagi, Haruko sama sekali tak mengantuk. Dirinya masih terdiam di kursi ruang tamu sendirian, menatap hampa pada ruangan kosong itu.

"Haruko...," panggilan lirih Tobirama menyadarkan dirinya dari lamunan.

Dia mengatur napas dan melangkah ke kamar tidur, "ada apa? Membutuhkan sesuatu?"

Napas Tobirama terdengar pendek, dia berusaha bangun dan beranjak dari kasurnya.

Haruko tak mengerti apa yang difikirkan suaminya itu.

Jalannya sangat hati-hati, Haruko ingin membantu namun di tepis pelan olehnya. Dia menuju meja kerja dan mengambil flashdisk serta laptop.

Tobirama lalu kembali ke ranjang dan duduk bersandar, "mari duduk di samping ku."

Haruko masih tetap di tempatnya, "hanya sebentar... Aku tidak kuat menahan kepalaku yang pening lebih lama lagi."

Haruko menurut dan duduk di samping sang suami.

"Maafkan aku," lirih Tobirama. sebelum menyetel rekaman CCTV tersebut.

Malam berlanjut dengan keheningan yang memekakkan telinga, rekaman CCTV berputar. Menampilkan setiap detik yang terjadi di masa lalu. Haruko menatap layar laptop dengan tatapan kosong, mencoba mencerna setiap adegan yang ditampilkan.

Terlihat jelas di sana, Sakumo mantan kekasihnya tampak terjebak dalam skenario yang ditata rapi oleh Haori, sahabatnya.

Sakumo tampak lemas dan tidak berdaya, jelas-jelas terpengaruh oleh obat tidur yang di beri Haori.

HOME IS WHERE THE HEART IS [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang