MINE

2.1K 99 0
                                    

Di sebuah coffee shop yang mengusung konsep British vintage style yang terkesan aesthetic dan nyaman. Tampak seorang barista yang sedang sibuk melukis kopi.

Sosok gadis jangkung berwajah rupawan menggunakan kemeja putih dilapisi apron hitam yang menutupi bagian depan kemejanya. Lengan kemejanya yang panjang digulung hingga sesiku memperlihatkan lengan kekarnya dengan urat-urat tangannya yang menonjol serta tatto kupu-kupu dibagian lengannya dan stand dikedua atas sikunya.

Tatapan matanya yang tajam itu fokus pada latte artnya, menambah kesan maskulin terpancar pada dirinya.

Setelah selesai, gadis  itu tersenyum kecil melihat karyanya yang indah nan lucu.

Kucing, yang selalu mengingatkannya pada sesosok wanita cantik bermata kucing yang menjadi pujaan hatinya.

Barista cantik sekaligus tampan bernama Lalisa Manoban itu menghela nafas pendek. Mata tajamnya berkali kali melirik kearah jam dinding. Memperhatikan detik demi detik yang berlalu begitu menyiksa.

Kenapa dia belum datang juga? Apa dia tidak datang lagi? Kemana dia?

Pertanyaan itu terus berputar putar bagaikan kaset rusak dikepalanya.

Namun tak lama...

Tring!

Suara bel kecil yang digantung dipintu berbunyi bersamaan dengan langkah seorang gadis yang tengah memasuki kedai kopi itu.

Seulas senyum senang terbit disudut bibir tipisnya yang tak kuasa lagi ia sembunyikan. Jantungnya mulai berdebar melihat sesosok gadis pujaannya akhirnya datang juga. Rasanya penantian berabad-abad yang terasa menyiksa itu tidak sia sia.

Jennie berjalan dengan memasang wajah datarnya. Menarik nafas panjang menghirup aroma coffee yang sanggup menenangkan suasana hatinya yang benar benar buruk pagi ini.

Pagi ini ia bangun kesiangan sampai melewatkan kelas statistika akibat semalaman ia bertengkar hebat dengan pacarnya Taehyung yang berani-beraninya menyelingkuhinya dan akhirnya hubungan mereka kandas begitu saja.

Bahkan sangking buruknya mood Jennie pagi ini ia tidak mempedulikan penampilannya. Tidak ber make-up sedikitpun, rambutnya ia cepol asal asalan, serta kacamata bulat untuk menutupi kantung matanya yang terlihat membengkak.

Jennie berhenti tepat didepan tempat pemesanan, tersenyum kikuk melihat barista wanita dihadapannya tengah memandanginya dengan intens. Ah, mungkin penampilannya kini terlihat seperti gembel yang baru bangun tidur hingga membuat barista dihadapannya itu menatapnya seperti itu.

"Emm mau pesen" ujar Jennie membuka percakapan.

"Oh-ya"

"Caramel macchiato" ucap Lisa dan Jennie bersamaan.

Lisa tersenyum kecil karena tebakannya ternyata benar, sedangkan Jennie yang berdiri disana melongo, heran.

"Bagaimana kau tau?"

"Terlalu mudah untuk ditebak" Lisa mengendikkan bahunya.

Jennie hanya mengagguk-anggukkan kepalanya, Menepis segala pertanyaan
yang berkelebat dipikirannya.

"Tumben datang jam segini?"

Dahi Jennie mengerutkan. Lagi lagi dirinya dibuat heran, ia langsung memeriksa jam yang melingkari pergelangan tangannya. Memangnya dia biasa datang kesini jam berapa? Kenapa barista dihadapannya ini tampak begitu hafal dengan jam kedatangannya? bahkan Jennie sendiri tidak menyadari ia selalu datang dijam sekian. Terlebih lagi dirinya bukanlah pelanggan tetap yang setiap hari datang kesini, mungkin seminggu hanya sekali sampai tiga kali jika ia sedang ingin minum coffee.

JENLISA (ONE'SHOT)🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang