Sebelas

6.4K 321 2
                                    

"Nanti Kiana kalau di suntik ga boleh nangis lama lama ya, nak. Harus pinter, juga nurut sama dokter nya, oke?" Ucap Darla memberitahu putri nya dengan lembut.

Mereka sedang dalam perjalanan ke rumah sakit untuk control kesehatan Kiana sekaligus imunisasi pertama Kiana di usia nya yang sudah menginjak 2 bulan.

Diusia 2 bulan bungsu Mitchell itu sudah bisa menahan kepala nya dan mulai tertarik dengan warna warna cerah. Dari pertumbuhan Kiana kakak nya semakin semangat membeli banyak mainan gantung bayi untuk adik nya.

"Nanti bunda nunggu di ruang tunggu ya, yah? Bunda ga kuat lihat Kiana di suntik" ucap nya pada Alvias yang sedang fokus menyetir.

Sejak anak pertama hingga ketiga mereka memang Darla tidak berani melihat anak nya ketika di suntik, dan Alvias mengerti apa yang istri nya rasakan.

"Iyaa, bunda sayang." Jawab nya yang mendapatkan cubitan kecil di pinggangnya dari sang istri.

ꕤꕤꕤ

"Setelah di periksa putri tuan dan nyonya berkembang dengan baik, mulai dari penglihatan yang sudah mulai jelas, dia juga dapat mengenali suara ibu nya sendiri dengan baik. Mungkin nyonya bisa sering sering mengajak putri anda berbicara dan memberi nya senyuman. Itu saja" penjelasan dari dokter yang di dengarkan dengan baik oleh Darla dan Alvias tentang perkembangan putri nya.

"Selama ini apa anak nya ada keluhan atau ada yang ingin nyonya atau tuan tanyakan?" Lanjut dokter tersebut bertanya

"em kalau anak saya sering masukin barang yang ada di tangan nya ke mulut, itu gapapa, dok?" Tanya Darla

"ohh, itu memang salah satu perkembangan dari bayi, nyonya. Dimasa seperti sekarang dia penasaran dengan apa yang dia pegang" jelas nya membuat Darla dan Alvias mengangguk mengerti.

ꕤꕤꕤ

Masuk ke bagian suntik vaksin Alvias menggendong putri nya mengikuti arahan dari dokter lalu menaruh anak nya di salah satu kasur disana.

"Kiana lihat ayah aja ya, ga usah lihat suntik nya. Sakit dikit kok" Alvias berusaha menarik perhatian putri nya saat jarum suntik mulai menyentuh kulit putih putri nya.

Tangisan Kiana mulai mengisi ruangan itu, dan Darla langsung masuk, mengambil alih Kiana dari suami nya.

"shh, sakit ya, sayang? iyaa iyaa bunda tau. Aduh anak bunda pinter banget mau di suntik" ucap Kiana menenangkan putri nya dan Alvias hanya bisa memberi kecupan singkat pada bungsu nya lalu mereka segera pulang.






















Mereka bertiga sampai di mansion, dan langsung melihat Albern dan teman teman nya sedang bermain di ruang tamu. Mengetahui orang tua nya sudah pulang, Albern langsung menghampiri bunda dan ayah nya tak lupa memberikan ciuman pada adik manis nya.

"Eh, ada temen nya al. udah pada makan belum?" Tanya Darla pada mereka

"Belum bunda," jawab mereka serentak sambil melirik ke arah Albern yang sudah menatap nya sinis.

"Kamu ni gimana sih, bang. Temen temen nya datang bukan nya di kasih makan, apa cemilan gitu" omel Darla pada putra nya

"Nanti kalau lapar makan aja ya, kalau pengen jajan bilang ayah aja." Mereka hanya mengangguk mendengar perkataan Alvias.

"Bunda mau main sama Kiana, boleh?" Pinta seno membuat Darla menatap putri nya yang tenang di gendongan nya mengisap pacifier.

"Tapi gendong nya pelan pelan ya, bang. Tangan Kiana masih sakit habis suntik" Jelas Darla sambil memberikan Kiana ke gendongan Seno

"Albern adik nya di perhatikan ya, kalo nangis langsung kasih sama bunda"

"Iyaa bun" jawab Albern tanpa melihat ke arah bunda nya, sibuk menarik perhatian adik nya yang berada di gendongan Seno.

Berakhir Darla dan Alvias meninggalkan putri nya bersama Albern dan teman nya. Berharap sang putri baik baik saja bersama teman putra nya yang terlalu aktif.

ꕤꕤꕤ

"Ini pipi apa bakpao, anjir. Gembul amat" celetuk Deon menoel pipi gembul Kiana.

"Di kasih makan apa adek lu, al" tanya Seno pada teman nya

"Di kasih makan, masih minum susu. gua pukul juga"
Balas nya yang tak sengaja di dengar oleh Alvias.

"Ngomong nya yang bagus, bang. Adik nya denger itu lho." Nasehat sang ayah yang hanya di tanggapi anggukan dari Albern. Seno dan Deon sendiri berusaha menahan tawa nya.

"gara-gara lu, sih!" gumam Albern pada Seno tak senang.

"Ya maaf. Kiana kamu lucu banget sih, jadi pacar Abang mau?" Ucap Seno bercanda sambil menciumi punggung tangan Kiana

"Kiana ga boleh pacaran sampai umur 20 tahun"

Bukan Albern atau Alvias yang menjawab melainkan Xavier yang baru pulang dari pekerjaan nya. Dia perlahan berjalan menghampiri mereka dan mengambil kiana dari Seno.

"Yah, kak baru main sebentar" ucap Albern yang tak terima kakak nya selalu mengambil alih adik nya.

Bukan nya menanggapi penolakan dari adik nya, vier hanya menatap mereka bertiga datar, dan berlalu pergi dari sana begitu saja, sambil membawa adik kesayangannya.

"Kakak punya baju baru buat Kiana, karna udah pinter mau di suntik" gumamnya sambil menciumi pipi Kiana.

"VIER BUNDA BILANG KAN GA BOLEH BOROS" perkataan Xavier mendapatkan amukan dari bunda nya.




KianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang