5. Journey: "Penampilan terakhir."

462 68 13
                                    

• Takkan Kemana •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• Takkan Kemana •





































































































































































































Perasaan cemas, takut dan gelisah kini bercampur menjadi satu.

Mahesa sedaritadi sibuk berjalan mondar-mandir di depan pintu unit gawat darurat, dengan hatinya yang sibuk mendoakan keselamatan Darsha. Kemeja biru langit yang ia kenakan bahkan sampai terdapat beberapa noda darah milik Darsha yang sudah mengering.

"Tuhan, tolong selamatkan Darsha," gumamnya sembari berharap cemas.

Ia tidak mau jika Darsha kenapa-napa. Ia berharap sekali jika pemikiran buruknya itu salah.

Mahesa takut sekali jika Darsha ternyata mengidap penyakit yang sangat serius.

Wanita itu kemudian melirik kearah pintu unit gawat darurat yang sedaritadi tidak terbuka, membuat ia semakin cemas dan takut akan kondisi Darsha saat ini. "Darsha..."

Lalu, penantian Mahesa pun terbayar kala seorang dokter yang menangani Darsha akhirnya keluar dari ruangan unit gawat darurat. "Dokter Mahesa, nona Darsha sudah bisa dikunjungi."

Helaan nafas lega pun lolos dari sela bibirnya. Ia pun segera mengucapkan terimakasih kepada dokter yang berjaga unit gawat darurat itu, dan segera melangkah masuk ke dalam sana untuk melihat keadaan Darsha saat ini.

Hal pertama yang Mahesa lihat adalah Darsha yang termenung di brankar yang gadis itu tempati. Wajah nya pucat sekali, dengan kasa yang masih menyumpal salah satu lubang hidungnya.

"Darsha," panggil Mahesa dengan begitu lirih, menyebabkan sang empu pemilik nama segera menolehkan kepalanya dan tersenyum tipis.

Bahkan, Darsha tetap berusaha terlihat jika ia baik-baik saja di hadapan Mahesa.

Mahesa pun segera duduk di kursi yang tersedia di samping brankar Darsha. Lalu, wanita itu langsung meraih salah satu tangan Darsha, menangkup tangan kecil itu dengan penuh kehati-hatian— seolah-olah Darsha merupakan benda yang rapuh, yang akan hancur dalam sekejap bila ia terlalu keras menggenggam nya.

Tentu saja Darsha kebingungan kala ia melihat sendiri betapa besar rasa khawatir yang terpancar dari wajah ayu milik Mahesa.

"Kak, saya gapapa..." Ucapnya dengan lembut, seolah ingin meyakinkan Mahesa jika dirinya baik-baik saja.

Takkan Kemana | Husseyz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang