Chapter 2

18 4 0
                                    

Aku berjalan ke arah sekelompok orang-orang itu. Aku tidak berniat menyelamatkan perempuan itu. Lebih tepatnya, kurasa aku akan menumpahkan darah di sini.

Sekelompok pria itu memandangiku dan mereka terlihat waspada dengan memegangi senjata seperti pedang, busur, dan tombak di tangan mereka. "Siapa kamu?!" Salah seorang dari mereka meneriakiku, seorang pria dengan penutup kepala yang sedikit berbeda dari lainnya. Yang meneriakiku mungkin pemimpin pasukan ini, aku bisa yakin setelah melihat penutup kepalanya yang sedikit lebih tinggi dari yang lainnya.

"Aku bukan siapa-siapa, hanya seorang pendatang." Kucoba meyakinkan mereka.

Pria itu berjalan ke arahku dengan pedang di tangan kanannya, "Apa kamu berasal dari kerajaan Ignis?" Aku mendengar sebuah nama yang samar, aku tidak tau apa itu kerajaan Ignis. "Aku tidak pernah mendengarnya, aku datang dari tanah yang sangat jauh dari sini." Alasan yang terucap di lisanku hanya itu.

Mereka mungkin akan membiarkan aku lewat dengan tenang atau mungkin saja tidak. Mendengar dari cara bicaranya sepertinya ada konflik antar kerajaan di wilayah ini. Kerajaan Ignis, mereka mungkin tidak berasal dari sana.

"Apa yang kamu lakukan di sini, Pendatang?!" Orang yang tempramental, yah aku tidak bisa menghakiminya.Jika kamu bertanya apa alasanku ke sini.."Aku mencari jawaban, tentang sesuatu hal."Dia menertawakanku setelah mendengar jawabanku. "Kau jauh-jauh datang ke sini hanya untuk itu? Haha! Apakah kamu dungu?"

"Apa salahnya dengan itu? Semua orang pasti punya pertanyan bukan? Bahkan orang sepertimu" Dia tiba-tiba mengarahkan pedangnya ke depan wajahku. Seolah-olah ingin mengintimidasiku dengan tatapannya, aku tetap tenang tanpa membuat ekspresi yang berlebihan.

"Hei.. Kamu tau, aku diperintahkan rajaku untuk membawa budak ini pergi ke seuatu tempat. Tidak ada belas kasihan bagi orang-orang yang menghalangiku dan rajaku." Alisku naik mendengar jawabannya. Hasrat itu semakin gelap.

"Sepertinya kamu sangat setia dengan rajamu ya?" Orang berkulit legam itu melirik ke arahku, mencoba mengintimidasi dengan perawakannya yang sekilas lebih besar dariku. "Apa maumu?"

Aku ingin membunuhmu. Tidak, aku tidak boleh tenggelam pada hasrat itu lagi. Tidak. Tetaplah waras. "Kenapa wanita itu dirantai?"

"Kau tertarik dengannya?" Salah satu orang dari mereka bertanya balik kepadaku. Rasanya kesal menerima jawaban dengan pertanyaan lagi sehingga aku mengulangi pertanyaanku, "Kenapa dia dirantai?" Aku tau dia budak, tetapi rasanya berbeda. Wanita itu tampak sangat tersiksa, dan entah bagaimana aku yakin ada hal lebih dari sekedar "budak".Pria di depanku kemudian tersenyum, "Dia akan dihukum mati."Dihukum mati? Perempuan ini? Kenapa?

"Kenapa?" Aku bertanya dengan nada serius. "Dia buronan." Jawabnya.

"TIDAK!! ITU TIDAKLAH BENAR!!" Wanita itu berteriak histeris sebelum akhirnya dipukul oleh salah satu orang dari mereka, "Diamlah jalang!" Mereka mencaci wanita yang terjatuh pingsan itu.

Pemandangan ini..

Mengingatkanku dengan masa lalu, teriakan dan paksaan. "Kau tidak perlu melakukan itu." Aku menegur mereka, meskipun aku merasa seperti munafik ketika mengatakannya. Tidak seharusnya melakukan kekerasan seperti itu. Tidak, seharusnya aku tidak mengeluh. Aku lebih buruk dari mereka.

"Lalu apa yang mau kamu lakukan? Hah?!" Pria di depanku mendorongku, "Kau mau menyelamatkannya? Hahahah!!" Mereka semua menertawakan tindakanku.

Apa yang aku harus lakukan? Aku tidak pernah berniat menyelamatkan wanita itu, aku tidak pantas. Apa aku harus membunuh mereka semua? Mana yang benar? Mana yang salah?"Hah? Kau kesal? Hahahah!!!" Orang ini..Tanpa aku sadari, aku menatap tajam pria ini. Kedua mataku memerah dan bunga api peralahan muncul di sekitarku, meski sedikit aku yakin mereka bisa merasakan hawa sekitaran mereka semakin panas.

Titik BalikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang